Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teori Konveksi: Teori Pembentukan Permukaan Bumi

Kompas.com - 27/01/2022, 17:10 WIB
Silmi Nurul Utami

Penulis


KOMPAS.com – Ada beberapa teori yang dikemukakan ilmuan tentang bagaimana permukaan bumi terbentuk. Salah satunya adalah Teori Konveksi. Apa itu teori konveksi dan siapa yang mengemukakannya?

Teori konveksi merupakan teori pembentukan permukaan bumi yang dikemukakan oleh seorang ahli geologi asal Inggris bernama Arthur Holmes. Arthur Holmes adalah Bapak skala waktu geologi yang berhasil membuat penanggalan geologi berdasarkan radioaktivitas.

Kontribusi besar selanjutnya yang disumbangkan Arthur Holmes dalam ilmu geologi adalah teori konveksi. Holmes mendukung teori pengapungan benua yang diajukan oleh Alfred Wegener dan melengkapinya dengan teori konveksi.

Baca juga: Teori Pengapungan Benua oleh Alfred Lothar Wegener

Proses pergerakan kerak bumi menurut teori konveksi

Teori konveksi menjelaskan bagaimana benua bisa bergerak pada teori pengabungan benua. Dilansir dari Encyclopedia Britannica, lapisan bawah batuan mantel bumi memanas, melunak, naik ke atas, mendorong batuan yang lebih dingin ke bawah.

Menurut Holmes, energi yang memanaskan batuan tersebut berasal dari aktivitas unsur-unsur radioaktif di mantel bumi.

Batuan panas yang naik ke atas kemudian bergerak di bawah kerak bumi, perlahan mendingin, dan turun ke bawah lagi. Hal tersebut menciptakan arus konveksi melingkar dengan dari bawah ke atas dan ke bawah lagi.

Arus konveksi ini merupakan tenaga endogen (tenaga yang berasal dari dalam bumi) yang menjadi dasar dari teori konveksi Arthur Holmes.

Dilansir dari American Museum of Natural History, menurut Holmes arus konveksi yang bergerak ke atas dapat mengangkat bahkan memecahkan kerak bumi dan mendorongnya ke samping layaknya ban yang menggelinding.

Baca juga: Struktur Lapisan Bumi dari yang Terdalam hingga ke Permukaan

Pada awalnya bumi merupakan satu daratan besar yang bersatu dan disebut sebagai superbenua. Dilansir dari Geography Notes, kerak khatulistiwa teregang dan pecah akibat naiknya arus konveksi. Kerak yang pecah tersebut kemudian didorong arus konveksi ke arah utara dan selatan.

Hal tersebut membuat superbenua terbelah menjadi superbenua Laurasia dan Gondwana, juga terbentuknya Laut Tethys yang memisahkan keduanya. Proses terpecahnya dan terdoronganya kerak bumi tersebut terus berlanjut dalam proses yang periodik.

Arus konveksi terus bergerak dari massa dnegan temperatur tinggi ke massa dengan temperatur yang lebih rendah hingga terbentuk permukaan bumi modern yang kita tinggali sekarang.

Baca juga: Perbedaan Perpindahan Panas Secara Konduksi, Konveksi, dan Radiasi

Arah gerakan arus konveksi dapat menjelaskan pembentukan pegunungan dan gunung berapi. Kerak bumi yang pecah akan menyebabkan arus konveksi bocor dan mengeluarkan magma. Hal ini menandakan terbentuknya gunung berapi di permukaan bumi.

Ketika arus konveksi bergerak ke bawah, kerak bumi akan ikut runtuh. Dan jika kerak tersebut menabrak kerak lain, maka akan terbentuk pegunungan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com