Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penelitian Baru Kaitkan Ponsel dengan Penurunan Kualitas Sperma

Kompas.com - 23/03/2024, 07:30 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Kualitas sperma telah menurun secara substansial dalam beberapa dekade terakhir. Dalam 50 tahun terakhir, jumlah sperma telah berkurang setengahnya dan laju penurunannya tampaknya semakin cepat.

Sebuah studi baru menunjukkan, setidaknya, sebagian dari fenomena tersebut terkait dengan penggunaan ponsel.

Studi tentang penurunan kualitas sperma

Mengukur kualitas sperma tidaklah mudah karena memerlukan parameter yang kompleks seperti konsentrasi sperma, jumlah sperma, dan morfologi sperma.

Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa pria dengan konsentrasi sperma di bawah 40 juta per mililiter mungkin mengalami kesulitan untuk memiliki keturunan, dan jika konsentrasi sperma turun di bawah 15 juta per mililiter, pria tersebut mungkin memerlukan waktu lebih dari satu tahun untuk memiliki anak.

Secara global, rata-rata konsentrasi sperma pada individu telah menurun dari sekitar 99 juta menjadi 47 juta per mililiter.

Baca juga: Penelitian Ungkap Momen Pertemuan Sperma dan Sel Telur yang Menakjubkan

Fenomena ini diperkirakan terkait dengan banyak penyebab, seperti gaya hidup yang tidak sehat hingga penggunaan pestisida. Selain itu, penyebab potensial lainnya adalah radiasi.

Beberapa dari radiasi itu mungkin berasal dari ponsel. Studi ini berfokus pada penduduk Swiss, khususnya pada pria berusia 18 hingga 22 tahun yang berasal dari pusat wajib militer. Secara keseluruhan, data tersebut mencakup 2.523 pria Swiss.

Berikut adalah beberapa hal yang ditemukan dari penelitian tersebut:

  • Konsentrasi sperma: Konsentrasi sperma rata-rata adalah 48 juta/mL, jauh lebih rendah dibandingkan dengan nilai referensi Organisasi Kesehatan Dunia untuk pria subur.
  • Persentase kualitas air mani kurang optimal: Sebanyak 17 perden peserta memiliki konsentrasi sperma di bawah 15 juta/mL, 25 persentase memiliki motilitas kurang dari 40 persen, dan 43 persen memiliki bentuk normal kurang dari 4 persen.
  • Dampak keseluruhan: Sebanyak 62 persen pria memiliki satu atau lebih parameter air mani di bawah ambang batas WHO.

Baca juga: Protein pada Sperma Sapi yang Membuat Peluang Kesuburannya Tinggi

Analisis paralel yang disajikan dalam penelitian ini juga menunjukkan peningkatan angka kanker testis di Swiss, dari 7,6 kasus per 100.000 pada tahun 1980 menjadi 10,4 per 100.000 pada tahun 2014.

Peningkatan kasus kanker testis, bersamaan dengan menurunnya kualitas air mani, menggarisbawahi kekhawatiran yang lebih luas mengenai kesehatan reproduksi pria.

Apakah ponsel patut disalahkan?

Salah satu peneliti, Serge Nef, menjelaskan, pria dalam penelitian tersebut mmenyelesaikan kuesioner terperinci terkait dengan gaya hidup, status kesehatan secara umum, dan khusus lagi frekuensi mereka menggunakan ponsel, serta di mana mereka meletakkannya saat tidak digunakan.

Data menunjukkan adanya hubungan antara seringnya penggunaan ponsel dan konsentrasi sperma yang lebih rendah.

Median konsentrasi sperma secara signifikan lebih tinggi (56,5 juta/mL) pada kelompok yang tidak menggunakan ponsel lebih dari sekali seminggu, sedangkan pada kelompok yang menggunakan ponsel lebih dari 20 kali sehari, konsentrasi sperma paling rendah (44,5 juta/mL).

Baca juga: Apakah Berbahaya Tidur di Dekat Ponsel?

Perbedaan ini setara dengan penurunan konsentrasi sperma sebesar 21 perzen. Sementara itu, posisi peserta menyimpan ponsel tidak dikaitkan dengan rendahnya parameter air mani.

Ada informasi lain yang tampaknya menunjukkan bahwa ponsel mungkin mempunyai pengaruh. Penelitian ini dilakukan selama tiga periode, dan hubungan ini paling kuat ditemukan pada periode pertama (2005-2007) dan secara bertahap menurun seiring berjalannya waktu (pada periode 2008-2011 dan 2012-2018).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com