Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Daur Ulang Popok 200 Kali Lebih Cepat Dengan Cahaya

Kompas.com - 01/01/2024, 18:00 WIB
Usi Sulastri,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.comSampah popok merupakan permasalahan yang tak kunjung habis dan menjadi tantangan serius dalam manajemen limbah.

Sebagai salah satu komponen signifikan dari sampah rumah tangga, popok sekali pakai menghadirkan dampak lingkungan yang besar.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Cara Daur Ulang Popok Sekali Pakai

Dalam kenyataannya, popok yang terbuat dari bahan sintetis dan campuran material sulit terurai secara alami. 

Namun, di tengah kesadaran global yang terus keberlanjutan ilmuwan berusaha menemukan solusi untuk mengatasi masalah sampah popok.

Dilansir dari Science Daily edisi (25/10/2023), para peneliti di Karlsruhe Institute of Technology (KIT) menciptakan terobosan terbaru yang menarik yaitu mendaur ulang popok dengan kecepatan 200 kali lipat lebih cepat menggunakan cahaya.

Bagaimana cahaya mampu mendaur ulang popok?

Sinar UV mengubah popok dalam waktu 5 menit

Para peneliti baru-baru ini menemukan cara untuk mendaur ulang popok dengan lebih cepat dan efisien.

Mereka menggunakan polimer natrium poliakrilat berikatan silang yang terdegradasi di bawah sinar UV setelah menyerap air.

Sinar UV ini memutuskan rantai polimer membuatnya longgar dan bisa berubah menjadi serat cair.

Proses ini sekitar 200 kali lebih cepat daripada metode tradisional menggunakan asam.

Dalam penelitian mereka para peneliti memotong lapisan popok konvensional, membasahinya dengan air, dan memaparkannya ke lampu berkekuatan 1000 W.

Baca juga: Popok Dewasa Berbentuk Celana Bantu Lansia Tetap Aktif

Dalam waktu lima menit bahan padat tersebut berubah menjadi cairan.

Metode ini jauh lebih efisien dibandingkan menggunakan asam yang memerlukan waktu sekitar 16 jam pada suhu 80 derajat Celcius.

Popok di daur ulang menjadi cairan serbaguna

Setelah itu, tim peneliti menggunakan proses yang dikenal untuk mengubah cairan tersebut menjadi perekat dan pewarna baru.

Peneliti tersebut menekankan bahwa kemungkinan besar zat ini dapat diubah menjadi banyak produk lain, yang memperluas potensinya.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com