KOMPAS.com - Selama ini kita menganggap sendawa merupakan hal yang umum dan terjadi pada setiap orang.
Namun ternyata kenyataannya tidak seperti itu.
Baca juga: Mengapa Kita Sendawa Setelah Makan? Ini Penjelasan Sains
Ada sebuah kondisi langka yang disebut retrograde cricopharyngeus dysfunction (R-CPD), yang membuat seseorang tidak dapat bersendawa.
Mengutip Gizmodo, Jumat (22/12/2023) bersendawa memainkan fungsi biologis yang penting.
Saat makanan dan air mengalir dari mulut ke lambung, pertama-tamam makanan dan air melewati cricopharyngeus, otot di bagian atas kerongkongan yang membuka dan menutup sesuai kebutuhan.
Namun terkadang, kita menelan udara atau karbon dioksida saat makan dan hal ini dapat menyebabkan penumpukan gas di kerongkongan atau perut.
Biasanya, kelebihan udara ini dikirim kembali melalui cricopharyngeus, dan kita bersendawa.
Akan tetapi pada penderita R-CPD, cricopharyngeus masih terbuka untuk membiarkan makanan masuk, tetapi karena alasan tertentu, cricopharyngeus tidak bisa rileks untuk mengeluarkan sendawa.
Meskipun laporan kasus pertama R-CPD terjadi pada tahun 1987, kondisi ini sendiri baru diberi nama dan diklasifikasikan secara resmi pada tahun 2019.
Dan masih sangat sedikit penelitian mengenai hal tersebut, termasuk mengenai pengalaman pribadi penderitanya. Sehingga topik tersebut sangat menarik.
Baca juga: Benarkah Kita Tidak Bisa Sendawa di Ruang Angkasa?
Sebuah tim kemudian memutuskan untuk melakukan survei online terhadap orang-orang dengan kondisi tersebut.
Mereka akhirnya berhasil mewancarai 199 orang dan ditanyai berbagai pertanyaan tentang bagaimana kondisi tersebut memengaruhi kehidupan sehari-harinya.
Sebagian besar responden melaporkan gejala yang biasa terlihat pada R-CPD, seperti kembung dan nyeri dada setelah makan, kentut berlebihan, dan “suara gemericik yang canggung secara sosial” dari dada dan leher bagian bawah.
Dan lebih dari 87 persen melaporkan mengalami gejala itu setiap hari.
Kebanyakan dari mereka juga ingat atau pertama kali menyadari ketika masih anak-anak, dan tidak ada kasus yang ditemukan setelah usia 35 tahun.