Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal R-CPD, Kondisi Langka yang Bikin Orang Tidak Bersendawa

Kompas.com - 25/12/2023, 08:00 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Sumber Gizmodo

KOMPAS.com - Selama ini kita menganggap sendawa merupakan hal yang umum dan terjadi pada setiap orang.

Namun ternyata kenyataannya tidak seperti itu.

Baca juga: Mengapa Kita Sendawa Setelah Makan? Ini Penjelasan Sains

Ada sebuah kondisi langka yang disebut retrograde cricopharyngeus dysfunction (R-CPD), yang membuat seseorang tidak dapat bersendawa.

Fungsi sendawa

Mengutip Gizmodo, Jumat (22/12/2023) bersendawa memainkan fungsi biologis yang penting.

Saat makanan dan air mengalir dari mulut ke lambung, pertama-tamam makanan dan air melewati cricopharyngeus, otot di bagian atas kerongkongan yang membuka dan menutup sesuai kebutuhan.

Namun terkadang, kita menelan udara atau karbon dioksida saat makan dan hal ini dapat menyebabkan penumpukan gas di kerongkongan atau perut.

Biasanya, kelebihan udara ini dikirim kembali melalui cricopharyngeus, dan kita bersendawa.

Akan tetapi pada penderita R-CPD, cricopharyngeus masih terbuka untuk membiarkan makanan masuk, tetapi karena alasan tertentu, cricopharyngeus tidak bisa rileks untuk mengeluarkan sendawa.

Meskipun laporan kasus pertama R-CPD terjadi pada tahun 1987, kondisi ini sendiri baru diberi nama dan diklasifikasikan secara resmi pada tahun 2019.

Dan masih sangat sedikit penelitian mengenai hal tersebut, termasuk mengenai pengalaman pribadi penderitanya. Sehingga topik tersebut sangat menarik.

Baca juga: Benarkah Kita Tidak Bisa Sendawa di Ruang Angkasa?

Studi mengenai R-CPD

Sebuah tim kemudian memutuskan untuk melakukan survei online terhadap orang-orang dengan kondisi tersebut.

Mereka akhirnya berhasil mewancarai 199 orang dan ditanyai berbagai pertanyaan tentang bagaimana kondisi tersebut memengaruhi kehidupan sehari-harinya.

Sebagian besar responden melaporkan gejala yang biasa terlihat pada R-CPD, seperti kembung dan nyeri dada setelah makan, kentut berlebihan, dan “suara gemericik yang canggung secara sosial” dari dada dan leher bagian bawah.

Dan lebih dari 87 persen melaporkan mengalami gejala itu setiap hari.

Kebanyakan dari mereka juga ingat atau pertama kali menyadari ketika masih anak-anak, dan tidak ada kasus yang ditemukan setelah usia 35 tahun.

Temuan ini mendukung gagasan bahwa R-CPD adalah kelainan bawaan bukan bisa muncul di kemudian hari.

Kualitas hidup penderita R-CPD sangat dipengaruhi oleh kelainan ini.

Lebih dari tiga perempat responden setuju bahwa mereka merasa malu atau canggung secara sosial akibat R-CPD yang mereka alami, serta merasa depresi atau cemas.

Baca juga: Sering Sendawa, Pertanda Apa?

Lebih dari setengahnya merasa bahwa R-CPD berdampak negatif terhadap hubungan pribadi mereka, sementara sekitar 60 persen melaporkan bahwa hal itu mengganggu pekerjaan mereka.

"Kondisi ini mencakup lebih dari sekedar tantangan fisik karena tidak mampu bersendawa. Hal ini juga berdampak signifikan pada kehidupan sehari-hari, hubungan, dan kesejahteraan mental masyarakat," kata Jason Chen, penulis utama studi dari University Health Sciences Center.

Di saat yang sama, banyak penderita yang merasa tidak mampu mendapatkan pertolongan. Hanya sekitar separuh responden melaporkan bahwa mereka membicarakan kondisi mereka dengan penyedia layanan kesehatan.

Sementara sekitar 90 persen dari kelompok tersebut melaporkan bahwa mereka tidak mendapatkan dukungan atau nasihat yang memadai dari dokter mereka.

Peneliti pun berharap studi mereka dapat memberi wawasan terhadap kondisi cricopharyngeus baik di kalangan masyarakat umum maupun dokter.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com