KOMPAS.com - Banyak hewan memiliki kemampuan indra yang jauh lebih unggul daripada manusia, salah satunya adalah kupu-kupu.
Kupu-kupu memiliki kemampuan untuk melihat beragam warna, termasuk sinar ultraviolet (UV).
Baca juga: Apakah Ada Hewan Selain Anjing yang Bisa Deteksi Kanker?
Inspirasi dari sistem visual yang sangat canggih pada kupu-kupu Papilio xuthus telah memotivasi sebuah tim peneliti untuk mengembangkan sensor pencitraan yang revolusioner.
Peneliti menjelajahi spektrum UV yang merupakan bagian alam yang tersembunyi dari pandangan manusia.
Dilansir dari Phys.org, Rabu (8/11/2023), baru-baru ini sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances menemukan bahwa kupu-kupu dapat membantu para ilmuwan dalam mendeteksi penyakit kanker.
Desain inovatif ini memadukan serangkaian fotodioda dengan nanokristal perovskit (PNC) guna menangkap beragam panjang gelombang dalam spektrum UV.
Hebatnya, teknologi pencitraan ini memperlihatkan kemampuan yang sangat mengesankan dalam membedakan sel kanker dan sel normal dengan tingkat kepercayaan mencapai 99 persen.
Keberhasilan ini dicapai dengan memanfaatkan karakteristik spektral penanda biomedis yang penting, seperti asam amino.
Konsep inovatif ini terinspirasi oleh penglihatan luar biasa kupu-kupu dalam spektrum UV.
Kupu-kupu memiliki mata majemuk dengan lebih dari enam fotoreseptor, yang memungkinkan mereka melihat detail dan warna yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia.
Baca juga: Bukti Lain Keandalan Penciuman Anjing, Mampu Deteksi Kanker Prostat
Penelitian ini mencoba meniru kemampuan deteksi UV kupu-kupu dengan menggabungkan lapisan tipis nanokristal perovskit (PNCs) dengan susunan fotodioda silikon terstruktur.
Nanokristal semikonduktor disebut PNC, memiliki karakteristik serupa dengan titik kuantum dan memberikan sensitivitas lebih tinggi terhadap panjang gelombang UV daripada fotodioda silikon konvensional.
Ketika foton UV berinteraksi dengan lapisan PNC, mereka menghasilkan cahaya tampak berwarna hijau.
Kemudian, fotodioda silikon berlapis menangkap cahaya ini. Dengan memproses sinyal-sinyal ini, tim peneliti dapat membuat peta tanda-tanda UV yang komprehensif, yang memungkinkan identifikasi yang lebih akurat.
Teknologi revolusioner ini siap untuk melampaui penggunaan dalam bidang medis, dikutip dari The Grainger College of Engineering, Rabu (8/11/2023).