Oleh: Erwin Fajar Hasrianda dan Yayan Wahyu Candra Kusuma
PISANG merupakan salah satu komoditas pangan dengan nilai ekonomi dan budaya yang penting bagi masyarakat Indonesia.
Buah yang dapat dimakan mentah maupun matang ini merupakan bahan pangan bagi sebagian besar penduduk di Indonesia.
Baca juga: Apakah Monyet di Alam Liar Juga Makan Pisang?
Selain itu, pisang juga digunakan sebagai bahan baku industri makanan dan minuman seperti keripik, sale, tepung pisang, makanan bayi dan minuman jus.
Sayangnya, saat ini, pertanian tanaman pisang sedang mengalami ancaman dari perubahan iklim dan serangan penyakit yang dapat menyebabkan kerusakan hingga kematian pada tanaman dan menyebabkan penurunan produksi secara signifikan.
Di tengah tantangan tersebut, potensi spesies pisang hutan sebagai donor genetik menjadi semakin menarik untuk dikaji lebih mendalam.
Itu karena menyimpan potensi yang besar bagi Indonesia dalam mengembangkan kultivar pisang modern yang lebih baik, seperti cita rasa dan nutrisi yang lebih unggul, tahan terhadap penyakit dan cekaman lingkungan akibat fenomena perubahan iklim global.
Pisang hutan atau biasa disebut sebagai pisang liar diketahui memiliki keanekaragaman genetik yang tinggi dan telah mampu bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan yang berbeda-beda sesuai dengan tempat di mana dia tumbuh.
Selain itu, pisang hutan juga memiliki bermacam-macam karakter maupun sifat-sifat yang dapat dijadikan sebagai sumber daya genetik untuk pengembangan kultivar pisang modern yang lebih unggul.
Penting untuk diketahui bahwa Indonesia merupakan pusat keanekaragaman pisang dunia.
Terdapat ratusan spesies, subspecies maupun kultivar lokal pisang yang tumbuh di Indonesia, termasuk pisang hutan jenis unik yang beberapa di antaranya tidak dapat ditemukan ditempat lain di dunia atau endemik Indonesia seperti Musa arfakiana, M. borneensis, M. celebica, atau M. lanceolata.
Baca juga: Pisang Cavendish Terancam Punah, Kenapa?
Musa arfakiana atau oleh masyarakat lokal dikenal dengan nama ‘Bulada’ ini endemik di pegunungan Arfak, Papua. Saat ini, daftar erah IUCN mengategorikannya ke dalam status kritis (Critically Endangered) karena memiliki distribusi yang terbatas dan semakin menurunnya kualitas habitatnya.
Keanekaragaman pisang hutan di Indonesia saat ini masih belum banyak diteliti dan dikembangkan.
Oleh karena itu, diperlukan program konservasi dan pemuliaan untuk menjaga keanekaragaman mengambil manfaat dari beragam spesies pisang hutan tersebut.
Program ini dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan sampel pisang hutan dari berbagai daerah di Indonesia, mengidentifikasi sifat-sifat genetik dari masing-masing spesies pisang liar, dan memilih spesies pisang hutan yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan.