Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makin Mengkhawatirkan, Kini Mikroplastik Ditemukan di Awan

Kompas.com - 29/09/2023, 19:33 WIB
Usi Sulastri,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dalam dekade terakhir, mikroplastik telah menjadi masalah utama dalam lingkungan.

Mikroplastik adalah partikel-partikel plastik kecil yang berasal dari berbagai sumber, seperti limbah plastik, tekstil, serta produk perawatan pribadi seperti pencuci muka dan sabun.

Baca juga: Mikroplastik Pengaruhi Suhu Pasir Pantai, Ini Efeknya bagi Penyu

Ukuran partikel ini sangat kecil sehingga mereka dapat melewati proses penyaringan air dengan mudah dan tersebar di lingkungan kita. Butiran plastik kecil ini sering ditemukan dalam limbah industri atau terbentuk dari degradasi limbah plastik yang lebih besar.

Sepuluh juta ton butiran plastik ini berakhir di laut, dilepaskan melalui percikan air laut, dan masuk ke atmosfer.

Hal ini mengimplikasikan bahwa mikroplastik mungkin telah menjadi komponen penting dari awan, mencemari hampir semua yang kita makan dan minum melalui "hujan plastik."

Meskipun sebagian besar penelitian tentang mikroplastik telah berfokus pada ekosistem perairan, sedikit yang telah memeriksa dampaknya pada pembentukan awan dan perubahan iklim.

Mikroplastik berkontribusi pada pemanasan global

Dilansir dari Technology Networks, Jumat (29/9/2023), penelitian terbaru yang dipimpin oleh Profesor Hiroshi Okochi dari Universitas Waseda, telah menginvestigasi rute perjalanan mikroplastik di atmosfer, yang memiliki dampak negatif pada kesehatan manusia dan iklim.

Diterbitkan dalam jurnal Environmental Chemistry Letters dengan kontribusi dari rekan penulis Yize Wang dari Universitas Waseda dan Yasuhiro Niida dari PerkinElmer Japan Co. Ltd. Okochi mengungkapkan bahwa mikroplastik di troposfer berkontribusi pada polusi global.

Jika masalah "polusi udara plastik" tidak ditangani, perubahan iklim dan kerusakan lingkungan yang tidak dapat dikembalikan mungkin akan terjadi di masa yang akan datang.

Baca juga: Apa Bahaya Mikroplastik dalam Tubuh Manusia?

Tim peneliti mengumpulkan sampel air awan dari berbagai lokasi, mengidentifikasi sembilan jenis polimer dan satu jenis karet dalam mikroplastik di awan. Temuan ini mengonfirmasi peran mikroplastik dalam pembentukan awan dan perubahan iklim.

Akumulasi mikroplastik di atmosfer dapat menyebabkan perubahan ekologis planet yang signifikan dan berkontribusi pada pemanasan global.

Mikroplastik sumber emisi gas rumah kaca

Studi lainnya yang dikutip dari Environmental Litigation Group, Jumat (29/9/2023), juga menunjukkan bahwa potongan plastik kecil terus melayang di atmosfer, berpotensi memengaruhi pembentukan awan dan perubahan iklim.

Plastik, termasuk mikroplastik dan PFAS yang terkandung dalamnya, merusak lingkungan saat terurai, mengeluarkan gas rumah kaca, dan berdampak negatif pada ekosistem laut.

PFAS adalah singkatan dari "Per- and polyfluoroalkyl substances," yang merupakan kelompok senyawa kimia sintetis yang mengandung atom fluor dan karbon dalam rantai molekulnya.

Kontaminasi PFAS di laut juga meningkatkan emisi gas rumah kaca, yang memperburuk pemanasan global dan perubahan iklim. Produksi PFAS sendiri juga menjadi sumber emisi gas rumah kaca kuat.

Pabrik manufaktur PFAS besar seperti Daikin di Decatur, Alabama, melepaskan sekitar 240.000 pon HCFC-22 pada 2019, setara dengan lebih dari satu miliar pon karbon dioksida, yang sangat merusak lapisan ozon.

Baca juga: Di Mana Mikroplastik yang Terhirup Mengendap di Tubuh Manusia?

Kesimpulannya, plastik dan PFAS memiliki dampak serius terhadap lingkungan dan perubahan iklim, yang harus ditangani dengan serius.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com