KOMPAS.com - Sebelum terbentuk seperti sekarang ini, awalnya hanya ada satu benua di Bumi yang disebut dengan superbenua.
Namun para ahli memprediksi pada suatu masa, superbenua bisa kembali tercipta karena benua-benua akan terus bergerak hingga bersatu lagi. Menurut studi baru, superbenua ini akan terbentuk 250 juta tahun mendatang.
Akan tetapi, dampak terciptanya superbenua ini bagi Bumi menurut ahli ternyata dapat membawa konsekuensi tersendiri.
Baca juga: Apakah Dampak Gerhana Bulan Penumbra terhadap Bumi?
Dikutip dari The Guardian, Rabu (27/9/2023) dengan menggunakan pemodelan, peneliti mengungkapkan, dampak terbentuknya superbenua baru yang disebut Pangea Ultima ini dapat memusnahkan manusia dan mamalia lain yang ada di Bumi.
Kepunahan massal ini terutama disebabkan oleh tekanan panas akibat aktivitas gunung berapi yang lebih besar yang akan menghasilkan karbon dioksida dua kali lebih banyak ke atmosfer dibandingkan saat ini.
Selain dampak terbentuknya superbenua baru, faktor matahari yang lebih tua, akan memancarkan lebih banyak radiasi, dan luasnya gurun pedalaman di daerah tropis.
Pemodelan ini menunjukkan, di era Pangea Ultima suhu ekstrem diperkirakan akan sangat drastis dengan kelembapan yang lebih tinggi dibandingkan saat ini.
Dampak superbenua baru ini, juga dapat membuat suhu global meningkat 15 derajat Celsius yang akan mengembalikan Bumi seperti pada era Permian-Trias 260 juta tahun lalu.
Baca juga: Apakah Dampak Fenomena Solstis Matahari 22 Desember pada Bumi?
Periode panas yang berkepanjangan dan melebihi 40 derajat Celsius akan melampaui tingkat toleransi banyak bentuk kehidupan.
Mamalia telah menjadi kisah sukses evolusi terbesar di dunia, terutama sejak punahnya dinosaurus pada peristiwa kepunahan besar terakhir.
Kendati demikian, kemampuan mamalia untuk beradaptasi terhadap panas mungkin terlalu lambat, termasuk manusia.
Hal ini akan membuat mereka mengalami tantangan yang sangat besar di era Pangea Ultima.
Selain dampak langsung dari panas, akan terdapat masalah pasokan makanan yang parah akibat runtuhnya vegetasi.
Baca juga: Apakah Dampak El Nino pada Kesehatan Masyarakat?
Studi ini mencatat, sebagian besar tanaman menjadi stres pada suhu di atas 40 derajat Celsius dan rusak total jika terkena suhu 60 derajat Celsius dalam waktu lama.
“Bumi memiliki lingkungan yang sangat mudah berubah. Manusia sangat beruntung dengan apa yang kita miliki sekarang dan kita tidak boleh memaksakan iklim kita melampaui iklim yang kita alami saat ini. Kita adalah spesies yang dominan, namun bumi dan iklimnya menentukan berapa lama hal ini akan bertahan,” papar Alexander Farnsworth, penulis studi dari Universitas Bristol.
Para peneliti mengakui bahwa prediksi mereka memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi karena jangka waktu yang sangat panjang, namun mereka berharap penelitian ini akan memberikan wawasan yang berguna mengenai peristiwa kepunahan massal.
Studi pemodelan untuk mengetahui dampak terbentuknya superbenua bagi Bumi ini telah dipublikasikan di jurnal Nature Geoscience.
Baca juga: Apakah Dampak Nilai Oktan Bensin Terhadap Polusi Udara?
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.