Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/08/2023, 21:35 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Fetish adalah ketika suatu benda atau bagian tubuh tertentu memicu fantasi dan dorongan seksual pada seseorang.

Banyak orang yang memiliki fetish dan tidak ada yang salah dengan hal tersebut. Namun, jika fetish menjadi sumber ketidaknyamanan atau tekanan, baik bagi diri sendiri atau pasangan, hal tersebut dapat dianggap sebagai gangguan fetisisme.

Teori-teori tentang perkembangan fetish

Para peneliti mengemukakan beberapa teori untuk menjelaskan mengapa seseorang memiliki fetish. Namun, kecil kemungkinannya hanya satu hipotesis yang dapat menjelaskan hal tersebut.

Ada kemungkinan bahwa banyak alasan, seperti faktor perilaku, sosial, dan budaya, saling berkontribusi dalam membentuk fetish seseorang.

Baca juga: Apa Itu Fetish?

Dilansir dari PsychCentral, beberapa riset menunjukkan bahwa fetish berasal dari kombinasi proses neurobiologis, interpersonal, dan kognitif.

Studi tahun 2018 melaporkan bahwa perpaduan kompleks antara pengaruh biologis dan budaya, serta apa yang masyarakat ajarkan tentang hal yang erotis, adalah landasan bagi berkembangnya fetish.

Meski belum pasti, dilansir dari Medical News Today, berikut adalah beberapa faktor yang mungkin menyebabkan seseorang memiliki fetish.

1. Teori psikoanalitik

Peneliti yang melakukan psikoanalisis perilaku manusia, seperti Sigmund Freud, memiliki beberapa gagasan tentang bagaimana fetish terbentuk.

Teori itu mengatakan, suatu peristiwa yang terjadi pada masa kanak-kanak seseorang dapat menyebabkan mereka mengembangkan fetish.

Baca juga: Mengenal Acromophilia, Salah Satu Jenis Fetish

Dalam sudut pandang psikoanalisis, ada juga yang mengatakan bahwa seseorang mungkin terobsesi pada objek tertentu selama masa kanak-kanak, yang menyebabkan mereka terobsesi secara seksual pada objek tersebut.

Gagasan lainnya adalah bahwa seseorang mungkin mengalami "kemunduran", menjadi terangsang oleh benda atau bagian tubuh yang mengingatkan mereka pada masa kecilnya.

2. Faktor perilaku

Ada teori yang mengatakan bahwa pengkondisian dan pembelajaran dapat bertanggung jawab atas pembentukan fetish. Artinya, seseorang bisa "belajar" terangsang oleh objek atau bagian tubuh tertentu melalui sistem imbalan, seperti kedekatan fisik atau uang.

3. Naluri seksual

Teori lain menyebutkan, hormon dan emosi mendorong seseorang untuk menanamkan gairah mereka pada objek tertentu. Hormon dan emosi ini memungkinkan mereka merespons rangsangan tertentu secara seksual.

Baca juga: Kenapa Pria Lebih Mudah Mengantuk Setelah Berhubungan Seks?

4. Sosialisasi

Cara suatu komunitas bersosialisasi juga dapat berkontribusi pada pembentukan fetish pada seseorang. Komunitas tertentu mungkin lebih mementingkan bagian tubuh dan praktik seksual tertentu, yang dapat mengarah pada fetisisasi mengenai benda dan bagian tubuh.

5. Faktor budaya

Teori lain menunjukkan bahwa kelompok yang positif terhadap seks, memandang seks sebagai aktivitas yang menyenangkan, mungkin berisi lebih banyak individu yang memiliki fetish.

Dalam hal ini, orang cenderung melakukan aktivitas seksual untuk tujuan selain prokreasi, seperti kesenangan atau bahkan eksperimen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com