Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proyek Manhattan, Oppenheimer, dan Bom Atom (Bagian 1)

Kompas.com - 17/07/2023, 20:00 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Pada 6 Agustus 1945, pesawat B-29 Flying Superfortress menjatuhkan sebuah bom atom di atas Kota Hiroshima, Jepang.

Bom dengan daya ledak 15.000 ton TNT tersebut meledak di ketinggian 550 meter, menimbulkan kerusakan dahsyat, dan menewaskan sekitar 140.000 orang.

Tiga hari kemudian, tepatnya pada 9 Agustus 1945, bom atom kedua, yang efesiensinya 10 kali lipat dari bom di Hiroshima, meledak di Kota Nagasaki, Jepang. Sekitar 74.000 orang tewas akibat ledakan tersebut.

Proyek Manhattan dan rahasia Amerika Serikat

Pembuatan bom atom, yang meluluhlantakkan Hiroshima dan Nagasaki, bermula dari tahun 1939, ketika sejumlah ilmuwan terkemuka, salah satunya Albert Einstein, khawatir dengan kemungkinan pengembangan senjata atom oleh Jerman.

Baca juga: Mengenal Fisikawan J. Robert Oppenheimer, Sang Bapak Bom Atom

Melansir National Geographic, kekhawatiran ini menuntun pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk membentuk proyek yang sangat rahasia guna mengejar pengembangan senjata atom mereka sendiri. Misi inilah yang kemudian dikenal sebagai "Proyek Manhattan”.

Proyek Manhattan dilancarkan di beberapa lokasi terpencil di seluruh AS untuk memastikan kerahasiaannya tetap terjaga.

Dengan lebih dari 130.000 orang terlibat dalam penelitian dan pengembangan, tiga lokasi utama yang ditentukan untuk Proyek Manhattan adalah Oak Ridge, Tennessee; Hanford, Washington; dan Los Alamos, New Mexico.

Misi di Oak Ridge fokus pada pengayaan uranium, produksi plutonium difasilitasi di Hanford, dan Los Alamos menjadi tempat sebagian besar penelitian dan perancangan senjata.

Baca juga: Sama-sama mematikan, Inilah Perbedaan Bom Hidrogen dengan Bom Atom

Hanya beberapa orang terpilih yang mengetahui ruang lingkup dan tujuan penuh dari Proyek Manhattan. Salah satunya adalah fisikawan teoretis Julius Robert Oppenheimer, direktur Laboratorium Los Alamos.

Kepemimpinan Oppenheimer

Meski memegang peran penting dalam Proyek Manhattan, Oppenheimer sempat dicurigai oleh FBI dan G-2, badan intelijen Angkatan Darat AS, memiliki hubungan dengan jaringan mata-mata yang dijalankan oleh sekutu Soviet Amerika.

Tuduhan tersebut berasal dari fakta bahwa beberapa orang yang dekat dengan Oppenheimer merupakan anggota Partai Komunis.

Posisi Oppenheimer akhirnya diselamatkan oleh seorang perwira, Brig. Jenderal Leslie Groves, direktur Proyek Manhattan.

Groves percaya bahwa Oppenheimer memenuhi syarat untuk mengatasi tantangan dalam pengembangan bom atom dengan mengelola ilmuwan brilian lainnya.

Baca juga: Apa yang Membuat Bom Hidrogen Lebih Mematikan dari Bom Atom?

Salah satu fisikawan, Edward Teller, mengatakan bahwa Oppenheimer adalah sosok yang tepat untuk memimpin Los Alamos.

Menurut Teller, Oppenheimer tahu cara mengatur, membujuk, menenangkan perasaan, dan memimpin dengan kuat. Ia pun menyebut kesuksesan Los Alamos merupakan buah dari kecemerlangan, antusiasme, dan karisma Oppenheimer.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com