Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Inovasi Reproduksi Pada Kerbau Belang Plasma Nutfa Indonesia

Kompas.com - 15/06/2023, 15:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Edy Sophian

KERBAU (Bos bubalus ) adalah hewan ternak paling penting bagi masyarakat Toraja. Kerbau belang atau disebut dengan tedong bonga menjadi hewan paling penting bagi kehidupan sosial mereka.

Baca juga: Kerbau Rawa: Keajaiban Ekosistem Gambut dan Plasma Nutfah Indonesia

Selain sebagai hewan untuk memenuhi kebutuhan hidup sosial, ritual maupun kepercayaan tradisional; tedong juga menjadi alat ukur status sosial dan alat transaksi. Dari sisisosial tedong merupakan harta yang berniai tinggi bagi pemiliknya.

Rambu solo adalah upacara kematian yang diadakan sangat meriah dan mewah layaknya sebuah pesta. Masyarakat Toraja meyakini bahwa dengan mengadakan upacara adat ini roh yang mati dapat diring sampai mencapai Nirwana keabadian.

Pada upacara kematian ini menggunakan simbol-simbol sangat berperan penting salah satunya adalah penggunaan simbol kerbau sebagai syarat utama dalam upacara kematian atau rambu Solo.

Rambu Solo merupakan upacara kematian untuk menghormati orang tua yang telah mati sebagai pertanda hormat dan simpati atas jasa-jasanya semasa hidupnya.

Sama seperti adat daerah lain yang menggunakan simbol sebagai perlambangan atau tanda dalam suatu upacara adat, begitu juga masyarakat Tana Toraja yang menggunakan simbol kerbau sebagai tanda. Mereka meyakini bahwa kerbau inilah yang nantinya akan membawa roh menuju Nirwana alam baka.

Kerbau dikeseharian kehidupan masyarakat Toraja merupakan hewan yang sangat tinggi maknanya dan dianggap suci, juga melambangkan tingkat kemakmuran seseorang jika memilikinya. Itu karena harga 1 ekor kerbau belang saleko bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta.

Kerbau Tana Toraja memiliki ciri fisik yang khas ketimbang daerah lain terutama pada warna kulit yang belang menyerupai sapi.

Baca juga: Kisah Nyata dari Turki, Katak Menumpang di Punggung Kerbau Air

Orang Toraja biasa menyebutnya jenis kerbau ini adalah Tedong Bonga lantaran kulitnya yang aneh. Maka kerbau ular memiliki arti penting dalam setiap ritual pesta kematian atau rambu Solo.

Kerbau ini diperlakukan secara khusus semenjak kecil sudah dirawat dengan baik oleh pemiliknya sehingga dianggap suci sebagai hewan kurban pada upacara Rambu Solo.

Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dari tahun ke tahun bertambah maju dan berkembang pesat, sehingga berpengaruh terhadap kemajuan teknologi di subsektor peternakan.

Teknologi reproduksi mencakup inseminasi buatan (IB), transfer embrio (TE), pemisahan spermatozoa, fertilisasi in vitro (IVF), preservasi dan krioprservasi serta teknologi rekayasa genetik untuk menghasilkan klon-klon ternak unggul, seperti transfer gen, pemetaan genetik, cloning, chimera, dll.

Penemuan teknologi dibidang reproduksi ternak tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalahmasalah dan tantangan yang dihadapi subsektor peternakan terutama dalam meningkatkan populasi, produksi dan produktifitas ternak baik secara kualitas maupun kuantitas.

Aplikasi bioteknologi reproduksi

Bioteknologi reproduksi merupakan salah satu aplikasi ruang lingkup bioteknologi peternakan, antara lain meliputi pemuliaan ternak, inseminasi buatan (IB), transfer embrio (TE) dan mikromanipulasi.

Inseminasi Buatan (IB)

Inseminasi buatan (IB) atau kawin suntik merupakan teknologi reproduksi generasi pertama yang bertujuan memanfaatkan seekor hewan jantan unggul secara maksimal dengan cara memasukkan mani ke dalam saluran alat kelamin betina dengan metode atau alat khusus yang disebut insemination gun.

Baca juga: Penggembala dan 19 Kerbau Tewas Tersambar Petir, Seberapa Sering Halilintar Menyambar?

Teknologi IB sampai saat ini telah tersebar keseluruh pelosok tanah air, bahkan dibeberapa daerah tidak bergantung lagi pada suplai semen beku dari Balai Inseminasi Buatan Singosari (Jawa Timur) atau dari Balai Inseminasi Buatan Lembang (Jawa Barat), namun penggunaan pada wilayah tertentu harus berdasarkan pewilayahan sumber bibit.

Lokasi yang telah ditetapkan sebagai wilayah sumber bibit sapi asli, yaitu sapi bali di Provinsi Bali dan sapi Madura di Pulau Sapudi yang tidak memperkenankan masuknya semen beku bangsa lain dengan menerapkan prinsip-prinsip pembibitan, melalui pengaturan perkawinan, pencatatan (recording), seleksi dan culling serta sertifikasi.

Transfer Embrio (TE)

Teknik TE umumnya merupakan suatu manipulasi fungsi alat reproduksi dengan perlakuan hormon superovulasi pada betina donor yang menyebabkan pematangan dan ovulasi sel telur dalam jumlah yang besar.

Sel telur hasil superovulasi setelah dibuahi sperma pejantan unggul dikoleksi dari donor dan dievaluasi sebelum dibekukan atau ditransfer ke induk resipien sampai terjadi kebuntingan dan kelahiran.

Pelaksanaan TE merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terdiri dari seleksi donor dan resipien, penyerentakan berahi donor dan resipien, superovulasi donor, inseminasi buatan, panen embrio, penilaian dan penyimpanan embrio serta transfer embrio ke resipien.

Seleksi Donor dan Resipien

Kriteria seleksi donor pada program TE, yaitu melihat nilai genetik baik dan mampu memproduksi embrio layak transfer, nilai jual anak yang tinggi dan kondisi kesehatan yang baik. Kondisi kesehatan donor harus dipelihara dengan tepat melalui karantina, tes darah dan vaksinasi.

Baca juga: Penggembala dan 19 Kerbau Tersambar Petir, Kenapa Halilintar Sangat Mematikan?

Resipien yang ideal adalah sapi betina muda dan bebas penyakit, memperlihatkan fertilitas yang tinggi serta mampu melahirkan dan memelihara anak. Sapi resipien harus diuji kesehatan dan keadaan reproduksinya meliputi keabnormalan pada sistem reproduksi, kebuntingan awal dan adanya penyakit.

Selain itu harus dikarantina sehingga mudah mengamati kesehatannya, temperatur tubuh tubuh, dan beberapa infeksi yang berpengaruh besar terhadap infertilitas dan abortus.

Penyerentakan Berahi Donor dan Resipien. Keberhasilan TE sangat tergantung pada sinkronisasi berahi sapi donor dan resipien. Penyerentakan berahi umumnya menggunakan Prostaglandin F2α (PGF2α).

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com