Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Inovasi Reproduksi Pada Kerbau Belang Plasma Nutfa Indonesia

Kompas.com - 15/06/2023, 15:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Superovulasi Donor. Sapi adalah ternak uniparous (ternak yang hanya menghasilkan satu keturunan dalam satu masa kebuntingan), sehingga hanya satu sel telur terovulasi setiap siklus berahi.

Superovulasi (menghasilkan banyak sel telur yang diovulasikan), pada donor dapat dilakukan dengan pemberian hormon gonadotropin berupa PMSG (Pregnant Mare’s Serum Gonadotropin) atau FSH (Follicle Stimulating Hormone).

Inseminasi Buatan. Donor yang telah disuperovulasi, dikawinkan melaui IB dari semen pejantan unggul. Dosis semen ditingkatkan agar jumlah sel telur yang dibuahi lebih banyak.

Umumnya IB dilakukan dua kali dengan tenggang waktu 12 jam. Panen/Koleksi Embrio. Panen embrio dapat dilakukan dengan pembedahan atau tanpa pembedahan.

Panen embrio melalui pembedahan dilakukan pada ternak kecil seperti kambing dan domba, sedangkan untuk ternak besar seperti sapi, kerbau dan kuda kedua cara tersebut dapat dipakai.

Baca juga: Protein pada Sperma Sapi yang Membuat Peluang Kesuburannya Tinggi

Cara tanpa pembedahan pada ternak besar sekarang ini lebih populer, karena sarana dan pelaksanaannya lebih sederhana dan resikonya lebih

Transfer embrio (TE) merupakan generasi kedua bioteknologi reproduksi setelah IB.

Transfer embrio bertujuan meningkatkan kemampuan reproduksi sapi betina unggul, memperpendek interval generasi dan menyeleksi anak sapi dalam jumlah besar yang diperoleh dari donor unggul, sehingga mempercepat perbaikan ternak sapi kecil dibandingkan dengan cara pembedahan.

Cara memanen embrio tanpa pembedahan dilakukan dengan membilas uterus menggunakan cairan penyangga steril yang dimasukkan melalui Foley catheter yang dilengkapi balon penyumbat melewati cervix.

Pada ternak sapi, embrio berpindah dari oviduct ke uterus antara hari ke 3 sampai 5 sesudah ovulasi. Waktu untuk memanen embrio yang terbaik pada saat berumur 6 – 7 hari.

Pada umur ini embrio berada pada fase blastosis belum diimplantasikan pada dinding uterus (endomentrium).

Penilaian dan Penyimpanan Embrio. Seluruh embrio yang terkoleksi harus dievaluasi di bawah mikroskop pembesaran 100–200 kali terkait perkembangan sel, bentuk dan kualitas embrio. Embrio yang telah diklasifikasikan disimpan dalam medium penyimpanan sebelum ditransfer ke resipien atau dibekukan.

Pembekuan dalam nitrogen cair pada temperatur -196 derajat Celcius dapat dijadikan pilihan untuk menyimpan selama waktu yang dikehendaki. Keberhasilan pembekuan embrio tanpa menurunkan daya hidupnya merupakan salah satu faktor tersebar luasnya penggunaan teknologi TE.

Baca juga: Ini Obat PMK untuk Sapi yang Terinfeksi Virus Penyakit Mulut dan Kuku

Transfer Embrio Ke Resipien. Transfer embrio dapat dilakukan dengan pembedahan atau tanpa pembedahan.

Metode pembedahan cenderung lebih tinggi dan lebih konsisten tingkat kebuntingannya, tetapi lebih membutuhkan tenaga yang terampil, sehingga cara tanpa pembedahan lebih banyak menjadi pilihan, karena lebih cepat dan sederhana, dengan angka kebuntingan sama dengan tanpa pembedahan.

Teknologi pemisahan spermatozoa X dan spermatozoa Y

Keberadaan spermatozoa dalam proses pembentukan jenis kelamin mempunyai arti penting, karena sebagai penentu jenis kelamin seekor ternak. Berdasarkan kromosom seks yang dibawanya, spermatozoa mamalia dapat dibedakan atas spermatozoa pembawa kromosom X dan spermatozoa pembawa kromosom Y.

Jika spermatozoa Y berhasil membuahi telur, anak yang akan dilahirkan adalah jantan, dengan komposisi kromosom secara normal yaitu XY. Sebaliknya jika spermatozoa X yang berhasil membuahi sel telur, maka akan dilahirkan anak betina dengan komposisi kromosom yang normal, yaitu XX.

Beberapa metode pemisahan spermatozoa yang sudah dilakukan adalah menggunakan kolom albumin, kecepatan sedimentasi, sentrifugasi dengan gradient densitas percoll, motilitas dan pemisahan elektroforesis, isoelectric focusing, teknik manipulasi hormonal, H-Y antigen, flow sorting serta penyaringan menggunakan kolom Sephadex.

Metode yang dianggap paling valid diantara beberapa metode tersebut adalah metode kolom albumin dan metode penyaringan menggunakan kolom Shepadex (Saili dkk., 1998).

Baca juga: Kenali Gejala Sapi dan Kambing Terinfeksi PMK

Pemisahan Spermatozoa dengan metode kolom Bovine Serum Albumin (BSA) didasarkan pada perbedaan motilitas (kecepatan pergerakan) antara spermatozoa X dan Y dalam menembus larutan yang mengandung BSA.

Fertilisasi in vitro

Sel telur (oosit) diambil dari ternak hidup atau ovarium ternak yang baru dipotong. Oosit dimatangkan dan dibuahi di laboratorium serta dikultur sampai tahap tertentu untuk selanjutnya ditransfer ke ternak resipien atau dibekukan untuk ditansfer kemudian.

Proses ini dikenal sebagai pematangan in vitro atau fertilisasi buatan atau dikenal sebagai In Vitro Maturation / In Vitro Fertilization.

Teknologi kriopreservasi gamet

Kriopreservasi adalah suatu penyimpanan beku dalam waktu lama pada suhu minus 196°C dalam media yang mengandung krioprotektan. Prinsip terpenting dari kriopreservasi adalah pengeluaran sebagian besar air intraselluler dari sel-sel sebelum membeku.

Krioprotektan digunakan untuk menghindari terbentuknya kristal-kristal es besar yang dapat merusak sel dan mencegah keluarnya air terlalu. Krioprotektan intraseluler (gliserol, dimethylsulfoxide (DMSO), etilen glikol, dan 1,2 propanadiol) dan krioprotektan ekstraseluler yaitu (polivinil pirolidon (PVP)).

Sampai saat ini krioprotektan yang paling banyak digunakan adalah yang memiliki daya penetrasi terhadap membran sel yaitu gliserol dan DMSO.

Baca juga: Ribuan Sapi di Jawa Timur Terinfeksi Penyakit Mulut dan Kuku, Apa Itu?

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com