Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mata Garuda Banten
Perkumpulan Alumni Beasiswa LPDP di Provinsi Banten

Perkumpulan alumni dan awardee beasiswa LPDP di Provinsi Banten. Kolaborasi cerdas menuju Indonesia emas 2045.

Bioteknologi Wujudkan Pisang Tahan Salin Menghadapi Perubahan Iklim

Kompas.com - 15/06/2023, 09:44 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Vincent Vernando dan Erwin Fajar Hasrianda*

PERUBAHAN iklim sudah menjadi isu global yang menjadi masalah utama saat ini, salah satunya di sektor pertanian. Bahaya seperti apa yang akan ditimbulkan terhadap pertanian Indonesia?

Perubahan iklim mengacu pada perubahan iklim bumi dalam jangka panjang, termasuk perubahan suhu, curah hujan, dan pola cuaca yang sebagian besar disebabkan aktivitas manusia seperti emisi gas rumah kaca (Leontinus, 2022).

Apabila hal ini semakin ekstrem, maka akan menyebabkan kegagalan panen, meningkatnya harga pangan, bahkan dapat menimbulkan malnutrisi dan kelaparan.

Tentu hal ini tidak diharapkan terjadi di Indonesia. Maka melalui penulisan ini akan dijelaskan bagaimana peran bioteknologi tumbuhan dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.

Indonesia merupakan negara agraris di mana mayoritas penduduknya bekerja pada sektor pertanian.

Pertanian memiliki peranan penting dalam menyediakan makanan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, penting untuk menjaga ketahanan pangan nasional agar tetap terjaga.

Mungkin akan ada pertanyaan, apa itu ketahanan pangan dan dampaknya seperti apa jika terwujudkan?

Ketahanan pangan nasional adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan suatu negara yang terlihat dari jumlah dan kualitas persediaan pangan yang cukup, aman, merata, dan terjangkau (Wibowo, 2020).

Dengan terpenuhinya ketahanan pangan nasional, maka akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan stabilitas ekonomi, mengurangi ketergantungan pada impor pangan, meningkatkan kemandirian pangan, dan mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Saat ini, pertanian dunia dilanda dampak dari perubahan iklim berupa lahan salin yang menyebabkan tanaman menjadi sulit tumbuh dan berkembang.

Sekitar 950 juta hektar tanah telah terkena dampak oleh garam dan lebih dari 11 persen daerah irigasi dari tanah yang dapat ditanami juga telah mengalami salinisasi diakibatkan irigasi.

Hal tersebut diperparah dengan perubahan iklim yang memicu lelehnya es di kutub bumi yang juga menyebabkan permukaan air laut naik sehingga dataran yang lebih rendah akan tenggelam dan tekanan air laut ke daratan akan meningkat. (Karolinoerita dan Yusuf, 2020).

Sejak 1880, permukaan air laut rata-rata global telah meningkat sekitar 21—24 cm, sekitar sepertiganya terjadi hanya dalam dua setengah dekade terakhir.

Pada 2019, permukaan air laut rata-rata global naik sebesar 87,6 mm dari rata-rata tahun 1993 dengan rata-rata kenaikan tahunan sebesar 2,5 mm per tahun (Nunez and Staff, 2023).

Jika tidak ada tindakan serius untuk mengatasinya, maka akan semakin banyak dataran rendah yang tenggelam.

Salah satu contoh daerah yang terancam tenggelam adalah Maldive, di mana hanya memiliki ketinggian rata-rata 3 kaki (1 m) dan jika peningkatan air laut sekitar 1,5 kaki (45 cm) saja, maka akan menyebabkan sekitar 77 persen luas daratannya hilang pada 2100 (Mustaqim, 2023).

Dengan pertambahan ketinggian laut yang demikian, dikhawatirkan akan turut menenggelamkan pulau-pulau kecil serta meningkatkan luas lahan berkadar salin tinggi di Indonesia secara signifikan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com