KOMPAS.com - Minuman bersoda menjadi salah satu minuman yang biasa kita minum saat menyantap makanan ringan, camilan atau makanan cepat saji. Sensasi air soda yang mendesis dan bergelembung ini telah menarik orang selama berabad-abad.
Suara mendesis yang dikeluarkan air soda terdiri dari gelembung karbon dioksida atau CO2, dikutip dari Live Science, Sabtu (24/12/2022).
Air soda atau dikenal juga sebagai minuman berkarbonasi diinfuskan dengan gas tak berwarna dan tak berbau dengan tekanan tinggi selama produksi.
"Soda mendesis karena dibuat untuk mendesis," Mark Jones, seorang ahli kimia industri dan rekan dari American Chemical Society.
Baca juga: Kenapa Air Sungai Tidak Asin Seperti Air Laut? Sains Jelaskan
Tidak semua air soda dibuat secara kimiawi, tetapi ada juga minuman berkarbonasi yang terbentuk secara alami, di antaranya seperti bir dan kombucha yang mengandalkan fermentasi dalam pembuatannya.
Proses pembentukan minuman berkarbonasi alami ini telah dilakukan sejak lama.
Akan tetapi, munculnya soda berkarbonasi modern dapat ditelusuri dari jejak penemunya yakni Joseph Priestley, seorang pendeta dan ilmuwan asal Inggris.
Priestley telah mengembangkan alat karbonasi pada tahun 1772 dan pada tahun 1794, pembuat perhiasan Swiss, Jacob Schweppe, menjual air mineral berkabonasi buatan yang pertama kalinya kepada teman-temannya di Jenewa.
Tahukah anda, ternyata air berkarbonasi atau air soda kemasan pada awalnya digunakan sebagai obat. Selanjutnya, perasa untuk minuman ini mulai ditambahkan dengan jahe pada tahun 1820 dan lemon pada tahun 1830-an.