KOMPAS.com - Methylprednisolone atau metilprednisolon adalah obat kortikosteroid yang digunakan untuk menangani berbagai masalah autoimun dan peradangan.
Obat ini bekerja dengan cara menurunkan respons sistem imun tubuh terhadap beragam penyakit untuk mengurangi gejala, seperti pembengkakan, sakit dan alergi.
Jika dokter meresepkan methylprednisolone, ada baiknya Anda juga menanyakan mengenai obat-obatan lain yang sedang dikonsumsi. Sebab, methylprednisolone bisa berinteraksi dengan obat lain dan meningkatkan risiko efek samping.
Berikut adalah lima interaksi obat methylprednisolone atau metilprednisolon yang harus Anda waspadai:
Baca juga: Methylprednisolone Obat Apa? Manfaat, Cara Minum dan Efek Samping
Methylprednisolone bisa mengubah cara kerja obat pengencer darah, seperti warfarin, apixaban dan rivaroxaban di dalam tubuh.
Berbagai laporan menyebut bahwa interaksi kedua obat ini bisa membuat obat pengencer darah kurang efektif atau malah lebih efektif. Jika kurang efektif, pasien berisiko mengalami penggumpalan darah. Namun, jika lebih efektif, pasien menjadi lebih berisiko mengalami pendarahan.
Jika Anda diharuskan meminum methylprednisolone dan pengencer darah bersamaan, dokter biasanya akan merekomendasikan untuk lebih sering melakukan tes darah. Waspadai juga gejala pendarahan yang tidak biasa dan lebam-lebam, seperti mimisan, buang air besar berwarna merah atau hitam, atau gusi berdarah.
Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs), seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen sering digunakan untuk mengobati nyeri dan demam.
Baca juga: Efek Samping Methylprednisolone, dari yang Umum hingga yang Berat
Namun, Anda harus berhati-hati menggunakannya jika sedang menggunakan methylprednisolone. Sebab, interaksi keduanya bisa menyebabkan sakit perut, mual, serta meningkatkan risiko pendarahan dan tukak di lambung.
Obat-obatan kortikosteroid, termasuk methylprednisolone, bisa meningkatkan glukosa darah Anda dan membuat obat-obatan diabetes seperti metformin kurang efektif.
Vaksin hidup adalah vaksin yang mengandung virus atau bakteri yang sudah dilemahkan. Contoh vaksin hidup antara lain BCG untuk tuberkulosis; MMR untuk campak (measles), gondongan (mumps), dan rubella; vivotif untuk tifoid; vaxchora untuk kolera; dan rotarix untuk rotavirus.
Baca juga: Bagaimana Cara Penggunaan Obat Fomepizole?
Untuk mendapatkan manfaatnya yang optimal, sistem imun Anda harus bekerja dengan baik saat disuntik vaksin hidup. Namun, kortikosteroid seperti methylprednisolone bisa menurunkan sistem imun dan membuat vaksin hidup kurang efektif dalam mencegah penyakit.
Jika Anda mengalami jamuran, dokter biasanya akan meresepkan ketoconazole.
Akan tetapi, ketoconazole bisa menghambat tubuh dalam memecah methylprednisolone sehingga obat ini berada di dalam tubuh lebih lama dan meningkatkan berbagai risiko efek samping dari methylprednisolone.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.