Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/08/2022, 16:05 WIB
Mela Arnani,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kanker paru masih menjadi salah satu jenis kanker dengan kematian tinggi. Data Globocan 2020 menunjukkan, kanker paru menjadi penyebab kematian kanker tertinggi di Indonesia dengan 84 orang meninggal dan 95 kasus baru terdiagnosa setiap harinya.

Menurut RISKESDAS 2018, angka kejadian kanker (prevalensi) di Indonesia meningkat mencapai hampir 30 persen sejak tahun 2013-2018, dengan 58 persen prevalensi berada di kota-kota besar.

Adapun 85-95 persen kanker paru yang terjadi di Tanah Air, berjenis kanker paru-paru bukan sel kecil atau disebut kanker sel gandum yang terdiri atas 10-15 persen dari seluruh jenis kanker paru dengan sifat cenderung menyebar cepat.

Baca juga: Gejala Awal Kanker Paru, Apa Saja?l

Dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan hematologi onkologi medik Dr. Andhika Rachman, mengatakan bahwa masyarakat perlu memerhatikan gejala awal kanker paru untuk mendapatkan diagnosis yang cepat sebagai dasar pemberian pengobatan yang tepat.

“Jika kanker paru ditemui pada stadium awal, harapan hidup pasien lima tahunan akan lebih tinggi,” kata Andhika dalam acara webinar yang diadakan Yayasan Kanker Indonesia, Selasa (30/8/2022).

Gejala awal kanker paru

Beberapa gejala awal kanker paru sebagai berikut:

  • Batuk terus-menerus
  • Nyeri dada yang memburuk bersama pernapasan dalam, batuk, atau tertawa
  • Suara serak atau sesak napas
  • Penurunan berat badan dan kehilangan nafsu makan
  • Batuk darah atau dahak berwarna karat
  • Mudah lelah
  • Infeksi persisten seperti bronkitis dan pneumonia
  • Dimulainya mengi

Sementara itu, gejala lanjutan dari kanker paru dapat berupa nyeri tulang terutama di bagian punggung atau pinggul, penyakit kuning, pembengkakan kelenjar getah bening, perubahan neurologis seperti sakit kepala, merasa lemah, pusing, masalah keseimbangan, atau kejang.

Andhika menyampaikan, gejala awal kanker paru dapat digunakan sebagai diagnosis yang cepat sebagai dasar pemberian pengobatan secara tepat.

Baca juga: Mengapa Ada Perokok Seumur Hidup yang Tak Kena Kanker Paru-paru?

Dalam pengobatan kanker paru, lanjut dia, terdapat pertimbangan yang dianalisis dokter untuk memilih pengobatan kanker paru.

  1. Pertama, dari status keadaan pasien bagaimana fungsi organnya, komorbiditas, kepatuhan dalam perawatan, harapan serta preferensi pasien.
  2. Kedua, dilihat dari kondisi tumor seperti stadium kanker, jenis sel kanker, alat penguji lanjutan yaitu Biomarker prediktif seperti EGFR, PD-L1, dan ALK.
  3. Ketiga, untuk memilih modalitas pengobatan hal-hal yang dipertimbangkan meliputi mekanisme kerja pengobatan, toksisitas yang diharapkan, terapi yang sebelumnya dijalankan pasien, dan ketersediaan pengobatan.

Pengobatan kanker paru

Saat ini, kemoterapi tidak hanya menjadi terapi satu-satunya bagi pasien kanker paru.

Untuk beberapa mutasi kanker paru, seperti mutasi EGFR atau ALK, telah tersedia berbagai pengobatan inovatif yang termasuk golongan terapi target.

Andhika memaparkan, kanker paru bukanlah sel kecil pada stadium lanjut, jika diobati dengan kemoterapi standar dapat memiliki harapan hidup rata-rata hingga 8 bulan.

Sementara itu, pasien kanker paru yang didiagnosa dengan mutasi EGFR positif, jika diterapi dengan kombinasi kemoterapi dan terapi target EGFR inhibitor dapat mempunyai harapan hidup secara keseluruhan mencapai 11,5 bulan.

Baca juga: Kiki Fatmala Lawan Kanker Paru Stadium 4, Begini Gambaran Kondisi pada Tubuh

Pasien yang telah didiagnosa dengan mutasi ALK positif jika mendapatkan pengobatan kombinasi kemoterapi standar dengan terapi target ALK inhibitor dapat memperpanjang angka kelangsungan hidup bebas progresi pasien.

Namun, terapi target hanya dapat digunakan jika ditemukan mutasi tertentu, sedangkan sebagian besar dari kasus kanker paru tidak memiliki mutasi EGFR dan hanya dapat diobati dengan kemoterapi standar sebagai modalitas pengobatan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com