Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/05/2022, 13:01 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Salah satu penyakit yang paling banyak diidap oleh masyarakat di dunia, termasuk di Indonesia adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2015 menunjukkan, ada sekitar 1,13 miliar orang di dunia yang menyandang hipertensi. Artinya, satu dari tiga orang di dunia dilaporkan terdiagnosis penyakit ini.

Sedangkan berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi atau angka kejadian hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun ke atas di Indonesia sebesar 34,1 persen.

Hipertensi bahkan disebut sebagai silent killer lantaran sering muncul tanpa keluhan, sehingga penderita tidak mengetahui dirinya sudah mengalaminya, dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi.

Baca juga: Kapan Seseorang Dikatakan Hipertensi? Kenali Gejalanya

Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia dr. Erwinanto, Sp.JP(K),FIHA, menjelaskan bahwa banyaknya kasus hipertensi baru disebabkan oleh berbagai faktor risiko seperti diabetes melitus, kegemukan, konsumsi garam yang tinggi, minum minuman beralkohol, hingga kebiasaan merokok.

Inilah pentingnya untuk mengendalikan tekanan darah, baik pada mereka yang sudah terdiagnosis hipertensi maupun yang belum mengalami hipertensi.

"Semua dari kita yang tekanan darahnya belum tinggi, bukan berarti bahwa kita tidak berisiko. Untuk teman-teman yang belum hipertensi, kendalikan tekanan darah berarti cegah supaya dia (tekanan darah) tidak naik," terang Erwinanto dalam webinar memperingati Hari Hipertensi Sedunia 2022, Selasa (17/5/2022).

Ia menyebut, setiap peningkatan tekanan darah sebesar 20/10 mm Hg dimulai dari tekanan darah 115/75 mm Hg, berhubungan dengan peningkatan kematian akibat penyakit jantung koroner dan stroke sebesar dua kali lebih tinggi.

Selain itu, peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol juga bisa meningkatkan penyakit ginjal.

Pada kesempatan tersebut, Pengurus Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia, Dr. dr. Amanda Tiksnadi, Sp.S, menuturkan faktor risiko untuk penyakit stroke yang terbesar ialah hipertensi.

Artinya, penting untuk mencegah hipertensi sedini mungkin untuk menurunkan risiko penyakit stroke di kemudian hari.

Baca juga: Hari Hipertensi Sedunia 2022, Kenali Faktor Risiko Hipertensi yang Bisa Dialami Usia Muda

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com