Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Berbicara Bahasa Campur, Kapan Bilingual Mulai Digunakan di Indonesia?

Kompas.com - 11/01/2022, 20:01 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kecakapan bilingual atau keterampilan multibahasa yakni mencampur-campurkan bahasa satu dengan bahasa lain. Fenomena penggunaan bahasa campur ini makin ramai diperbincangan masyarakat Indonesia.

Persoalan bilingual ini semakin ramai lagi setelah ungkapan 'bahasa Jaksel' muncul. Bahasa Jaksel adalah istilah yang digunakan untuk menyebutkan keterampilan seseorang yang berbicara dengan bahasa yang dicampur antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Bahasa Jaksel adalah istilah yang digunakan karena kebanyakan orang yang dalam kesehariannya berbicara dengan mencampur antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris adalah anak-anak muda yang tinggal di sekitar kawasan Jakarta Selatan (Jaksel).

Oleh sebagian orang, penggunaan bahasa gaul Jaksel ini disebut juga dengan 'bahasa gaul' dan sebagian lainnya juga menyebutnya dengan 'bahasa gado-gado'.

Namun, sejak kapan sebenarnya bilingual atau multibahasa ini mulai digunakan di Indonesia? Apakah memang penggunaan bahasa campur-campur merupakan hal baru di tanah air?

Menjawab persoalan ini, Dosen di Departemen Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Negeri Yogyakarta, Rasman mengatakan bahwa bilingual atau multibahasa bukanlah hal baru di Indonesia.

Menurut Rasman, sebenarnya penggunaan pola bahasa yang mencampur antar satu bahasa dan bahasa lainnya sudah ada sebelum tahun 1945.

Baca juga: Bahasa Daerah di Indonesia Terancam Punah, Ini Faktor Pemicunya

"Sebenarnya praktik bilingual ataupun penggunaan bahasa 'gado-gado' (campur-mencampur beberapa bahasa) jika ditelusuri sudah ada sejak lama. Bahkan, semenjak sebelum kemerdekaan Indonesia," kata Rasman kepada Kompas.com, Selasa (11/1/2022).

Dahulu, kata Rasman, bilingual atau pencampuran bahasa yang digunakan memang agak jarang, bahkan bahasa campur pada saat itu tidak menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.

Melainkan, dahulu masyarakat lebih umum atau lebih banyak yang mencampur bahasa Melayu, Jawa dan Belanda saat berbicara ataupun bertukar informasi dalam sebuah tulisan.

"Dulu pencampuran bahasa Melayu, Jawa dan Belanda merupakan hal yang lumrah," ujarnya.

Metode yang digunakan pun ada dua dalam proses bilingual atau multibahasa yang dilakukan pada zaman itu yakni Codeswitching dan Codemixing, serta sebagian besar yang mencampur bahasa ini adalah pegawai yang mendapati pendidikan dengan baik.

Contoh penggunaan bilingual bahasa campur

Terkait fenomena penggunaan bahasa campur di Indonesia ini, untuk diketahui, menurut Herk (2012), Codeswitching (alih kode) adalah berganti-ganti antara dua bahasa atau variasi bahasa dalam satu percakapan melintasi batas kalimat atau klausa.

Baca juga: Mengapa Bahasa di Dunia Berbeda-beda?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com