Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei Terbaru, Mayoritas Warga Jabodetabek Salah Paham soal Kualitas Udara

Kompas.com - 17/11/2021, 17:30 WIB
Zintan Prihatini,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Survei terbaru oleh Katadata Insight Center (KIC) mengungkapkan bahwa masih banyak masyarakat yang salah dalam memahami tentang kualitas udara yang baik.

Panel Ahli Katadata Insight Center, Mulya Amri, dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (17/11/21) menuturkan, dari hasil survei didapatkan sebanyak 45,9 persen warga di Jabodetabek masih menganggap warna langit biru cerah sebagai indikator udara bersih.

Sementara itu, hanya 15,4 persen responden yang menggunakan alat atau aplikasi untuk memantau kualitas udara dan pengetahuan responden mengenai PM 2,5 masih sangat minim, yakni sebesar 22,1 persen saja.

“Padahal, jenis partikulat (PM 2,5) ini membahayakan kesehatan, karena berukuran sangat kecil sehingga dapat menembus bulu hidung atau paru-paru dan menimbulkan penyakit,” jelasnya.

Baca juga: Dampak Nyata Polusi Udara, Picu 6 Juta Kelahiran Prematur Setiap Tahun

Tinjauan ini dilakukan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap kualitas udara di Indonesia. Para ahli melakukan survei online terhadap 1.570 warga Jabodetabek pada 23 hingga 29 Agustus 2021 lalu.

Selain kurangnya pemahaman masyarakat akan udara bersih, survei ini juga menemukan bahwa masyarakat masih melakukan berbagai aktivitas yang dapat memengaruhi kualitas udara.

Sebanyak 8,9 persen warga Jabodetabek masih mengelola sampahnya dengan cara dibakar. 32,5 persen juga mengaku masih merokok, meski kebiasaan ini tidak hanya memengaruhi udara tetapi juga kesehatan pernafasan. Lalu, masyarakat juga masih menggunakan produk spray.

Menariknya, meski merasakan efek buruk dan kondisi udara yang tak nyaman, sebagian masyarakat tetap menganggap kualitas udara saat ini masih bagus. Jika diminta memberi nilai dengan rentang 1-10, responden Jabodetabek memberi 6,59 untuk kualitas udara yang mereka rasakan saat ini.

Baca juga: Ancam Kesehatan, WHO Ungkap Dampak Polusi Udara bagi Manusia

Keliru soal kualitas udara Jabodetabek

Menurut Mulya, hal ini menunjukkan bahwa masih banyak upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai udara bersih, dan diperlukan kerja sama untuk memperbaikinya.

Co-Founder dan Chief Growth Officer Nafas, Piotr Jakubowski mengatakan hal yang senada. Menurut dia, masih banyak masyarakat salah memersepsikan kualitas udara yang bersih.

"Kesalahpahaman masyarakat tentang polusi udara seperti langit biru berarti udara bersih atau area yang penuh dengan pohon itu berarti tidak ada polusi, berakar dari kurangnya kesadaran dan pendidikan tentang kualitas udara,” imbuhnya.

Dia memaparkan, kekeliruan tentang kualitas udara masih terjadi, misalnya anggapan tinggal di kawasan dengan pepohonan atau jauh dari polusi udara mengartikan udara di sekitarnya aman untuk dihirup.

Menurut Piotr, partikulat PM 2,5 yang berbahaya bagi fungsi paru dan memperburuk penyakit asma maupun jantung dapat menyebar hingga ratusan kilometer dari sumber asalnya.

Baca juga: Makan Waktu 3 Tahun, Ini Alasan Lamanya Gugatan untuk Presiden atas Polusi Udara Jakarta

Hasil pantauan aplikasi pemantau udara Nafas juga menunjukkan, kualitas udara di wilayah Jakarta Pusat dan Tangerang Selatan hampir sama buruknya.

“Ini kami ketahui melalui data yang kami kumpulkan dari 130 sensor di Indonesia, Nafas hadir untuk membantu masyarakat merubah kesalahpahaman tentang kualitas udara menjadi wawasan yang baru dan benar," tambah Piotr.

Pada kesempatan yang sama, aktivis Bicara Udara, Renny Fernandez menyerukan kepada semua pihak untuk bergabung dan terlibat agar permasalahan kualitas udara menjadi perhatian serta mendorong langkah perbaikan yang nyata.

"Aku rasa salah satu caranya biar kita bisa ikut dalam pembicaraan mengenai topik ini (polusi udara dan perubahan iklim) kita perlu join atau berinteraksi dengan komunitas yang fokus pada isu tersebut. Salah satunya ya Bicara Udara yang berusaha menjadi sebuah platform learning hub untuk semakin menyebarkan campaign hak udara bersih," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com