Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Kasus Atta Halilintar, Berapa Lama Antibodi Covid-19 Bertahan?

Kompas.com - 23/04/2021, 19:15 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

KOMPAS.com - YouTuber Atta Halilintar melalui Instagram pribadinya @attahalilintar, mengabarkan bahwa dirinya kembali terkena Covid-19.

Melalui keterangan unggahan Instagramnya, Atta mengaku syok mengetahui dirinya kembali positif Covid-19. Hal itu diketahui Atta, setelah ia menjalani swab test untuk menjalani pekerjaan di luar kota.

"YA ALLAH ???? :( Shock!! aku Positif C0V1D-19 lagi untuk kedua kalinya.. setelah swab test untuk besok Kerja terbang ke solo.. ternyata hasilnya positif," tulis Atta seperti dikutip Kompas.com, Kamis (22/4/2021).

Dikutip dari pemberitaan Kompas.com sebelumnya, Atta Halilintar secara mengejutkan mengaku pernah terinfeksi Covid-19. Namun dia tidak mengungkap kapan dirinya terkena Covid-19 pertama kali.

Baca juga: Atalia Praratya Positif Corona, Ahli: Vaksin Cegah Gejala Parah Bukan Infeksi Covid-19

Menurut dr. Hendra Gunawan, Sp.PD, sangat mungkin bagi seseorang yang telah terinfeksi Covid-19, kemudian mengalami infeksi ulang atau reinfeksi.

Lebih lanjut ia mengatakan, infeksi ulang atau reinfeksi bisa terjadi, karena penyakit infeksi erat kaitannya dengan hubungan antar manusia sebagai host, virus corona sebagai agen infeksius, dan kondisi lingkungan sekitar.

“Adanya ketidakseimbangan dari faktor tersebut, seperti menurunnya imunitas karena terlalu lelah atau kondisi lingkungan yang memudahkan terjadinya infeksi virus, sehingga peluang reinfeksi Covid-19 akan selalu ada,” jelas dr. Hendra saat dihubungi Kompas.com, Jumat (23/4/2021).

Berapa lama antibodi Covid-19 bertahan?

Hingga saat ini, dikatakan dr. Hendra, belum diketahui pasti berapa lama antibodi alamiah dari infeksi Covid-19.

“Jika merujuk ahli Immunologi Daniela Weiskopf dan kawan2 dari La Jolla Institue for Immunology, 95% antibodi alamiah bertahan 6-8 bulan, itu pun pada beberapa orang kadarnya ada yang lebih rendah atau lebih tinggi dari rata-rata,” ungkap dokter yang berpraktik di Primaya Evasari Hospital.

Menurutnya, tinggi atau rendahnya antibodi ini dipengaruhi berbagai faktor, seperti genetik atau status imunitas. Misalnya, apakah ada penyakit yang membuat sistem imunitas melemah, seperti diabetes, kanker, penyakit autoimun, atau penyakit sistemik lainnya.

Baca juga: Studi: Pernah Terkena Covid-19 bisa Melindungi dari Infeksi Ulang

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com