KOMPAS.com - Bencana banjir bandang dan longsor di Nusa Tenggara Timur (NTT) membawa duka bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Sebagai informasi, bencana alam tersebut terjadi sejak tanggal 4 April 2021.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan bencana (BNPB), ada 10 kabupaten dan kota yang terdampak bencana ini.
Di antaranya adalah Kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Ngada, Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Lembata, Kabupaten Alor, Kabupaten Ende, Kota Kupang, Kabupaten Rote Ndao, dan Kabupaten Malaka.
Baca juga: 3 Faktor Penyebab Cuaca Ekstrem dan Banjir di NTT, BMKG Jelaskan
Sementara itu, data hingga 7 April 2021, korban banjir bandang NTT, 138 orang dinyatakan meninggal dunia dan 61 orang hilang. Ratusan orang dikabarkan mengalami luka-luka.
Seperti diketahui, kondisi banjir bandang dan tanah longsor berpotensi membawa hanyut barang-barang, hewan, tumbuhan, bahkan manusia.
Sehingga, banyak di antara korban yang hanyut terbawa arus mengalami luka-luka kulit bagian luar hingga organ tubuh bagian dalam, termasuk tulang dan sendi.
Melihat kondisi tersebut, banyak pihak termasuk tim medis spesialis ortopedi turut andil membantu korban bencana yang mengalami luka-luka ringan hingga berat- yang berkaitan dengan tulang dan sendi.
Berikut beberapa fakta pelayanan ortopedi bagi korban bencana NTT:
Kondisi korban bencana di Nusa Tenggara Timur (NTT) saat ini darurat penanganan masalah Muskoloskeletal atau tulang dan sendi.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia (PABOI), Dr dr Edi Mustamsir SpOT(K) melalui keterangan tertulisnya.
"Situasi darurat saat ini adalah penanganan pasien yang mengalami masalah terkait Muskoloskeletal (tulang dan sendi," kata Edi, Kamis (8/4/2021).
Ia mengatakan bahwa pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan PABOI yang ada di berbagai wilayah untuk menyiapkan tenaga medis yang akan dirotasi setiap minggu.
"Hal ini untuk menjaga stamina para tenaga medis yang bertugas juga untuk menghindari kelelahan secara fisik dan mental, agar mereka tetap bisa berperforma secara maksimal menangani pasien," ujarnya.
Baca juga: BMKG Bantah Isu Gelombang Tsunami Akan Menghantam NTT