KOMPAS.com - Kanker paru menjadi salah satu kanker yang menyebabkan kematian tertinggi di dunia, baik pada laki-laki maupun perempuan. Sekitar 48,4 persen kasus kanker paru-paru terjadi di Asia.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2018, kanker paru di Indonesia sebanyak 30.023 kasus. Ini setara 8,6 persen dari total kasus kanker di Indonesia atau menjadi tertinggi ketiga.
Dokter Spesialis Paru dr. Andika Chandra Putra, Sp.P menjelaskan, kanker paru merupakan tumor ganas yang terbentuk di paru-paru.
Ini terjadi karena sel yang memperbanyak diri secara berlebihan, atau akibat sel lama yang seharusnya mati tapi masih terus bertahan hidup.
Baca juga: Anda Perokok Aktif tapi Tak Kena Kanker Paru? Ini Penjelasan Ahli
"Akibat dari akumulasi sel-sel tersebut terbentuklah tumor yang bisa bersifat jinak dan ganas. Secara terminologi tumor ganas disebut kanker," jelas dr. Andika dalam webinar Yarsi: Lung Cancer (Kanker Paru), Kamis (19/6/2020).
Oleh sebab itu, penting untuk mendeteksi dini gejala dari kanker paru, karena semakin awal diketahui, maka tingkat keberhasilan pengobatan juga semakin tinggi.
Andika menyatakan, gejala kanker paru adalah batuk terus-menerus lebih dari dua minggu bahkan berbulan-bulan, infeksi paru yang sering berulang, sesak napas, batuk darah, nyeri dada, dan suara serak.
Selain itu, adanya keluhan mudah lelah, nafsu makan menurun, dan penurunan berat badan yang drastis.
Baca juga: Wajib Diketahui, Ini Gejala Awal Kanker Paru
Gejala kanker paru ini memang sangat umum dan sering tidak menimbulkan gejala pada tahap awal. Sehingga banyak pasien yang datang pun saat sudah stadium lanjut.
"Memang kalau bicara (sakit) paru-paru keluhannya itu hampir sama, seperti ini-ini saja," kata dia.
Oleh sebab itu, untuk dapat mendiagnosis kanker paru, dokter akan lebih dulu melakukan pemeriksaan melalui foto Rontgen, CT Scan/MRI, dan biopsi jaringan paru. Ini untuk menentukan jenis dan stadium kanker.