Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/06/2020, 17:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan Covid-19 seringkali menyebut kelompok umur di atas 50 tahun paling banyak meninggal akibat virus corona.

Namun dalam kenyataannya, kematian akibat corona pada anak-anak sama besarnya di Tanah Air.

Dilansir VOA Indonesia, Ketua Ikatan Doker Anak Indonesia (IDAI) Aman Bhakti Pulungan mengatakan bahwa tingkat kematian anak akibat virus corona di Tanah Air merupakan yang tertinggi di negara ASEAN.

"Kalau dibandingkan negara lain, kita paling tinggi (tingkat kematian) dibandingkan Singapura, Malaysia, dan Vietnam," ungkap Aman.

Baca juga: Program Imunisasi Terganggu Covid-19, 80 Juta Anak di Dunia Terancam

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan hingga Sabtu (30/5/2020), terdapat 1.851 kasus Covid-19 pada anak berusia kurang dari 18 tahun.

Kasus tertinggi dilaporkan terjadi di DKI Jakarta (333 kasus), Jawa Timur (306 kasus), Sumatera Selatan (181 kasus), Sulawesi Selatan (151 kasus), Jawa Tengah (100 kasus), dan Nusa Tenggara Barat (84 kasus).

Dari jumlah tersebut, terdapat 29 kasus kematian akibat corona pada anak yang dilaporkan.

Berdasarkan data RS Online Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, jumlah kematian pada anak yang tercatat dengan status orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP) cukup tinggi. Kasus kematian pada anak dengan status ODP per 22 Mei 2020 tercatat sebanyak 41 anak dan pada anak dengan status PDP mencapai 383 anak.

Jika dibandingkan dengan data sekitar dua minggu sebelumnya, yakni pada 13 Mei 2020, tampak ada peningkatan hingga 3 kali lipat.

Pada 13 Mei 2020, jumlah anak yang positif terinfeksi Covid-19 di Indonesia tercatat 584 kasus. 14 anak di antaranya dilaporkan meninggal.

Diberitakan Kompas.id, Kamis (4/6/2020) dalam artikel berjudul 1.851 Anak Indonesia Tertular Covid-19, Upaya Pencegahan di Hulu Tidak Optimal, Aman mengungkap bahwa tingginya jumlah kematian pada anak di Indonesia karena sebagian besar kasus terlambat dideteksi sehingga ketika datang ke rumah sakit dalam kondisi berat.

Dalam laporan IDAI, sekitar 30 persen kasus kematian pada anak terjadi pada usia 0-1 tahun.

Dalam wawancara dengan VOA Indonesia, Aman melihat pemeriksaan Covid-19 untuk anak di Indonesia masih sangat rendah. Anak hanya diperiksa ketika orangtuanya terbukti positif Covid-19.

Ilustrasi new normalSHUTTERSTOCK/ MIA Studio Ilustrasi new normal

"Karena memang jumlah anak yang diperiksa paling sedikit kan, dan banyak yang di screening di mall, kantor, asrama, pasar, bandara, anak-anak kan tidak masuk yang di screening. Jadi anak-anak yang kita periksa itu adalah anak-anak yang memang sudah ada gejala. Atau kalau misalnya orang tuanya ada gejala baru (diperiksa). Jadi tidak ada, karena kalau misalnya anak batuk pilek kan tidak semuanya langsung diperiksa kan," jelas Aman.

Selain terlambat terdeteksi, tidak mendapat penanganan segera, dan pemeriksaan yang rendah, ada hal lain yang dialami anak Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com