Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Suleman Tanjung
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama

Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama

Ramadhan: Mendidik Jiwa dan Raga

Kompas.com - 03/04/2022, 04:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

RAMADHAN merupakan bulan pendidikan (syahr al-tarbiyah) yang Allah anugerahkan bagi setiap mukmin agar menjadi pribadi paripurna (muttaqin). Ramadhan laksana sekolah untuk mendidik dan melatih jiwa dan raga manusia agar senantiasa sehat sehingga mampu tumbuh dan berkembang sesuai fitrahnya.

Dalam surat Al-Syams ayat 7 dijelaskan jiwa (al-nafs) manusia berpeluang untuk berbuat jahat (fujur) atau berbuat baik (taqwa). Tanpa tuntunan agama, jiwa manusia cenderung berpenyakit sehingga melahirkan perilaku buruk, rakus, dan sesat seperti hewan tanpa akal dan perasaan (Qs. Al-A’raf: 179).

Sebaliknya, jiwa yang bertakwa menyenangi dan menampilkan perilaku positif. Mereka memiliki akidah yang mantap dan toleran pada sesama, pribadinya sabar dan berintegritas tinggi (shadiqin), beribadah yang taat (qanitin), serta empati, dermawan dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi (Qs. Ali Imran: 17).

Jiwa yang bertakwa tidaklah tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. Jiwa perlu dirawat, disucikan dan dididik secara kontinu dan simultan mengikuti kehendak pencipta-Nya: Allah SWT. Maka Ramadhan menjadi momentum bagi umat Islam untuk merawat jiwanya agar sehat dan terbebas dari penyakit ruhani.

Terdapat korelasi yang kuat antara kewajiban perpuasa di bulan Ramadhan dengan pembentukan jiwa yang bertakwa (Qs. Al-Baqarah ayat 183). Tentu bukan sekedar puasa syariat. Puasa yang dilakukan sekedar menahan lapar dan haus tidaklah menghasilkan perubahan yang signifikan terhadap perilaku yang lebih positif. Karena itu, puasa syariat harus diperkuat dengan puasa hakikat.

Imam al-Ghazali, dalam kitab Ihya’ Ulumiddin, mengemukakan ada enam syarat batiniyah dari puasa hakikat itu; yaitu: pertama, menundukkan menahan pandangan kepada setiap hal tercela dan dibenci, juga setiap hal yang dapat menganggu hati serta melalaikan dari mengingat Allah;

Kedua, menjaga lisan untuk tidak membicarakan hal-hal yang terlarang, seperti dusta, ghibah, namimah, dan bertengkar.

Ketiga, menahan pendengaran dari menyimak segala yang dibenci karena segala sesuatu yang haram diucapkan, haram juga didengarkan.

Keempat, menahan anggota tubuh lain dari berbagai perbuatan dosa. Tangan, misalnya, berpuasa untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan, seperti mencuri, korupsi, dan sogok menyogok. Begitu juga kaki ditahan agar tidak melangkah ke tempat-tempak maksiat.

Kelima, tidak memakan makanan yang halal secara berlebihan pada saat berbuka puasa hingga perutnya penuh.

Keenam, hendaklah setelah berbuka, hatinya tertambat dan terguncang di antara cemas dan harap karena ia tidak mengetahui apakah puasanya diterima atau tidak. Syarat terakhir ini menunjukkan bahwa puasa hakikat harus mampu mengendalikan hatinya untuk senantiasa tergantung kepada Allah.

Enam syarat puasa batiniyah di atas memperkuat pendidikan jiwa di bulan Ramadhan. Bahkan kemampuan mendalikan diri agar tidak mengonsumsi makanan yang halal saat berbuka secara berlebihan juga erat kaitannya dengan kesehatan fisik (raga).

Banyak riset yang membuktikan bahwa puasa juga menyehatkan fisik. Puasa memberikan kesempatan kepada sistem pencercernaan untuk beristirahat, termasuk sistem enzim dan hormon. Penurunan berat badan yang lebih ideal, menyehatkan jantung, mengurangi risiko diabetes dan kanker, hingga memperkuat imun tubuh, merupakan efek positif puasa bagi kesehatan raga.

Selain kewajiban berpuasa, Ramadhan juga dikenal sebagai bulan Al Quran (syahr al-Quran). Diturunkannya Al Quran di bulan Ramadhan memicu umat Islam untuk meningkatkan interaksinya dengan Al Quran. Salah satu fungsi al-Quran adalah sebagai asy-syifa’ atau penyembuh (Qs. Al-Isra’ ayat 82 dan Yunus ayat 57).

Wahbah az-Zuhaili dalam tafsir al-Munir menegaskan bahwa Al Quran sebagai penyembuh bagi penyakit yang ada di dalam hati berupa syubuhat dan keraguan, kemunafikan dan kekufuran serta aqidah dan akhlak yang buruk.

Apabila jiwa berpanyakit bisa memicu penyakit fisik, atau disebut psikosomatik. Di sinilah pentingnya keseimbangan upaya menyehatkan jiwa dan raga. Ramadhan hadir untuk mendidik polah hidup manusia agar memiliki kesehatan fisik dan ruhani secara seimbang dan sempurna. Wallahu a’lam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Ramadhan
Ramadhan Momentum Mengenalkan 'Halal Lifestyle' bagi Anak

Ramadhan Momentum Mengenalkan "Halal Lifestyle" bagi Anak

Ramadhan
Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Ramadhan
'Ekspedisi Batin' Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

"Ekspedisi Batin" Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

Ramadhan
Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Ramadhan
Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan
Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Ramadhan
Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan
Merengkuh Kemenangan Sejati

Merengkuh Kemenangan Sejati

Ramadhan
Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Ramadhan
Keistimewaan Puasa Ramadhan

Keistimewaan Puasa Ramadhan

Ramadhan
Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Ramadhan
Mudik Berkemajuan

Mudik Berkemajuan

Ramadhan
Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Ramadhan
Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Ramadhan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
icon-calculator

Kalkulator Zakat

Rp.
Rp.
Rp.
Minimal Rp6.644.868 per bulan
ornament calculator
Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com