Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr M Subhan SD
Direktur PolEtik Strategic

Direktur PolEtik Strategic | Founder Mataangindonesia Social Initiative | msubhansd.com | mataanginsaguling.com

Hikmah Ramadhan: Faksi dan Friksi

Kompas.com - 22/04/2021, 07:20 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SETELAH Nabi Muhammad SAW wafat, timbul friksi di kalangan umat Islam. Belum lagi Nabi dikebumikan, sudah timbul bibit-bibit perpecahan di antara dua golongan: Muhajirin dan Anshar.

Mulai muncul faksi-faksi. Banyak orang Anshar bergabung kepada Sa’ad bin Ubadah, tokoh bani Khazraj, kaum Anshar Madinah. Beberapa sahabat seperti Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Awwam, Talhah bin Ubaidillah berkumpul di rumah Fatimah.

Kaum Muhajirin berada di belakang Abu Bakar Ash-Shiddiq. Padahal, kala itu umat sedang bingung pascawafatnya Nabi, termasuk berkonsentrasi menangani urusan pemakaman Nabi.

Baca juga: Hikmah Ramadhan: Zakat dan Transformasi Sarmi, Dulu Menerima Kini Berderma

Seseorang memberi kabar tentang gerakan kaum Anshar itu, “Kalau ada masalah yang perlu diselesaikan dengan mereka, segera susullah mereka, sebelum keadaan jadi berbahaya.”

Mendengar informasi itu, Abu Bakar dan Umar sepakat menyelesaikan masalah itu segera. “Baiklah,” kata Umar kepada Abu Bakar, “Kita berangkat ke tempat saudara-saudara kita dari Anshar supaya kita dapat melihat keadaan mereka”.

Bersama sahahat lainnya, keduanya berangkatlah menuju Saqifa (serambi) Bani Sa’ida, di mana kaum Anshar melakukan pertemuan. Dalam perjalanan, mereka bersua dua sahabat Anshar.

Setelah tahu tujuan Abu Bakar dan Umar, keduanya menyarankan, “Tidak ada salahnya tuan-tuan tidak mendekati mereka. Saudara-saudara Muhajirin selesaikan saja persoalan tuan-tuan!”

Umar membalas, “Tidak, kami akan menemui mereka.” Sesampainya di sana, banyak orang berkumpul.

Di antara mereka ada seseorang yang berselimut. “Siapa ini?” tanya Umar. Mereka menjawab, “Sa’ad bin Ubadah, dia sedang sakit.” Pertemuan itu tampaknya mengusulkan Sa’ad sebagai kandidat khalifah mewakili kaum Anshar.

Baca juga: Hikmah Ramadhan: Manusia dan Keledai

Kubu Anshar berbicara lantang, “Kami adalah kaum Anshar para penolong Allah dan pionir-pionir Islam, dan kalian wahai kaum Muhajirin adalah dari kalangan Nabi kami. Sesungguhnya telah muncul tanda-tanda dari kalian bahwa kalian akan turut mendominasi kami di sini, di tempat tinggal kami ini dan akan mengambil alih kekuasaan dari kami.” (Katsir, 2002).

Anshar menghendaki pemimpin (amir) dari kalangan mereka. Umar tak sabar mendengar kata-kata itu. Tetapi Abu Bakar mencegahnya, “Tahan sebentar, sabarlah Umar!”

“Kami Muhajirin dan tuan-tuan adalah Anshar, saudara-saudara kami seagama. Apa yang tuan-tuan katakan, bahwa segala kebaikan ada pada tuan-tuan, itu sudah pada tempatnya. Tapi dalam hal orang Arab itu hanya mengenal lingkungan Quraisy. Jadi dari kami-kami, para amir dan dari pihak tuan-tuan para wazir (pendamping, perdana menteri),” kata Abu Bakar. (Haekal, 1984).

Seorang Anshar bereaksi keras, “Saya tongkat lagi senjata [maksudnya memberi dua pertolongan sekaligus]. Saudara-saudara Quraisy, dari kami seorang amir dan dari tuan-tuan juga seorang amir!”

Abu Bakar secepatnya menimpali, “Dari kami para amir dan dari tuan-tuan para wazir.” “Engkau benar, kami jadi wazir, dan kalian menjadi amir,” kata Sa’ad.

Baca juga: Hikmah Ramadhan: Nabi dan Kaisar

Abu Bakar lalu meminta agar mereka memilih satu dari dua orang: Umar bin Khattab atau Abu Ubaidah bin Jarrah. Suara-suara gaduh pun terdengar.

Buru-buru Umar berkata, “Abu Bakar berikan tanganmu!” Umar memilih (membaiat) Abu Bakar.

“Abu Bakar bukankah nabi sudah menyuruhmu supaya engkaulah yang memimpin Muslimin shalat? Engkaulah penggantinya (khalifah). Kami akan mengikrarkan orang yang paling disukai oleh Rasulullah di antara kita semua,” kata Umar.

Semua yang hadir tersentuh hatinya. Betapa dewasanya umat Islam kala itu menyelesaikan persoalan sehingga friksi dapat dicegah.

Bagaimana dengan saat ini, masih kah selalu ngotot mengatasnamakan Islam atau umat Islam, padahal bisa jadi sebetulnya membela kepentingan kubu, faksi, kelompok, golongan, organisasi, aliran, atau partai masing-masing. (M Subhan SD)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Ramadhan
Ramadhan Momentum Mengenalkan 'Halal Lifestyle' bagi Anak

Ramadhan Momentum Mengenalkan "Halal Lifestyle" bagi Anak

Ramadhan
Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Ramadhan
'Ekspedisi Batin' Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

"Ekspedisi Batin" Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

Ramadhan
Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Ramadhan
Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan
Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Ramadhan
Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan
Merengkuh Kemenangan Sejati

Merengkuh Kemenangan Sejati

Ramadhan
Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Ramadhan
Keistimewaan Puasa Ramadhan

Keistimewaan Puasa Ramadhan

Ramadhan
Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Ramadhan
Mudik Berkemajuan

Mudik Berkemajuan

Ramadhan
Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Ramadhan
Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Ramadhan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
icon-calculator

Kalkulator Zakat

Rp.
Rp.
Rp.
Minimal Rp6.644.868 per bulan
ornament calculator
Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com