JAKARTA, KOMPAS.com - Sektor pertanian di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan akibat pemanfaatan teknologi digital yang masih rendah.
Padahal, sektor ini memainkan peran krusial dalam menunjang perekonomian dan ketahanan pangan negara, di mana sekitar 100 juta jiwa atau hampir separuh masyarakat Indonesia menggantungkan mata pencahariannya.
Sektor pertanian juga menyumbang 14 persen kepada Produk Domestik Bruto (PDB) negara, mempekerjakan sepertiga dari total angkatan kerja di Indonesia, dan 93 persen pelaku usaha pertanian terdiri dari petani individu berskala kecil.
Baca juga: Cara Budidaya Mangga Harum Manis agar Cepat Berbuah
Padahal, menurut riset McKinsey tahun 2020, pemanfaatan teknologi digital dalam sektor pertanian bisa membawa dampak positif bagi para petani dan meningkatkan output ekonomi hingga Rp 94.846 triliun atau 6,6 miliar dollar AS per tahun.
Menurut riset Mercy Corps dan Rabo Foundation, beberapa solusi digital yang akan berperan penting dalam modernisasi industri pertanian di Indonesia adalah rantai pasok dan manajemen data, pembukaan akses pasar, layanan keuangan digital, informasi, dan pertanian presisi.
Melihat fakta tersebut, perusahaan rintisan Gokomodo hadir sebagai B2B platform rantai pasok, e-commerce, dan jaringan distribusi untuk agribisnis dan jual-beli komoditas.
Gokomodo memiliki tiga unit bisnis utama, yakni platform pengadaan digital (e-procurement), agricommerce (e-commerce khusus untuk produk pertanian), dan hub sebagai jaringan distribusi.
Baca juga: Tidak Sulit, Ini Cara Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal
Saat ini, sistem platform eProcurement Gokomodo terus berkembang pesat dan memiliki lebih dari 2.000 seller dan puluhan buyer, terutama untuk produk kelapa sawit.
“Kami di Gokomodo berkomitmen untuk memodernisasi sektor pertanian dengan menyediakan solusi digital hulu ke hilir dan merangkul seluruh stakeholders, baik dari perusahaan perkebunan, KUD, dan toko tani, untuk bersama-sama menciptakan ekosistem yang sehat dan dapat mendukung efisiensi serta transparansi rantai pasok," kata Samuel Tirtasaputra, CEO dan Co-founder Gokomodo dalam siaran pers, Jumat (15/4/2022).