Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kian Banyak Dokter di Korea Selatan Mogok, Menkes Peringatkan Nyawa Pasien Terancam

Kompas.com - 12/03/2024, 16:06 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

SEOUL, KOMPAS.com - Menteri Kesehatan Korea Selatan Cho Kyoo-hong pada Selasa (12/3/2024) memperingatkan adanya ancaman terhadap nyawa pasien setelah ada potensi jumlah dokter yang mogok kerja akan bertambah.

Sebelumnya, para profesor dari fakultas kedokteran di salah satu universitas ternama di Jepang telah menyatakan bahwa mereka akan mengundurkan diri secara massal minggu depan kecuali jika pemerintah menemukan "terobosan yang masuk akal" untuk mengakhiri kebuntuan.

Seperti diketahui, sudah ada hampir 12.000 dokter junior atau magang yang memutuskan untuk mogok kerja sebagai bentuk protes atas rencana pemerintah meningkatkan jumlah dokter secara drastis.

Baca juga: Korea Selatan Akan Memulai Tindakan Hukum pada Dokter yang Mogok Kerja

Para dokter mengatakan bahwa hal ini akan mengikis kualitas layanan. Aksi protes telah pecah sejak 20 Februari lalu.

Pemerintah telah memerintahkan para petugas medis untuk kembali atau menghadapi tindakan hukum dan telah bergerak untuk menangguhkan lisensi medis mereka yang menolak untuk mematuhi.

Pemerintah Korea Selatan juga sudah menawarkan insentif dan mendirikan hotline pada hari Selasa untuk mendukung siapa pun yang menentang aksi mogok kerja. 

"Saya menyatakan keprihatinan serius atas keputusan tersebut," ujar Menteri Kesehatan Cho Kyoo-hong pada Selasa.

Ia mendesak para profesor -yang juga merupakan dokter senior di banyak rumah sakit- untuk mendorong para kolega mereka yang mogok untuk kembali bekerja, dan bukannya bergabung dengan mereka di barikade.

"Hal ini akan menjadi ancaman bagi kesehatan dan nyawa pasien," tambahnya, sebagaimana dikutip dari AFP.

Namun, Asosiasi Profesor Medis Korea mengatakan pada Selasa bahwa para dokter senior bekerja keras untuk membantu rumah sakit menyediakan layanan penting dalam menghadapi mogok kerja.

Baca juga: Mengapa Mayoritas Wanita Korea Selatan Saat Ini Tak Ingin Punya Anak?

"Para profesor berharap konflik ini segera berakhir," ungkap mereka.

Meski begitu, Asosiasi Profesor Medis Korea Selatan, memperingatkan bahwa kecuali pemerintah datang ke meja perundingan "tanpa syarat" untuk melakukan pembicaraan, lebih banyak dokter yang akan bergabung dengan penghentian kerja.

Seoul telah mengerahkan tenaga medis militer dan jutaan dolar dari cadangan negara untuk meringankan situasi.

Pemerintah mendorong untuk menerima 2.000 mahasiswa baru di sekolah kedokteran setiap tahun mulai 2025 untuk mengatasi apa yang disebutnya sebagai salah satu rasio dokter dan penduduk terendah di antara negara-negara maju.

Para dokter mengatakan bahwa mereka khawatir reformasi ini akan mengikis kualitas layanan dan pendidikan kedokteran, namun para pendukungnya menuduh para dokter berusaha melindungi gaji dan status sosial mereka.

Di bawah hukum Korea Selatan, para dokter dilarang melakukan mogok kerja, dan kementerian kesehatan telah meminta polisi untuk menyelidiki orang-orang yang terkait dengan penghentian kerja tersebut.

Baca juga: Krisis Dokter Korea Selatan, Ada Apa Sebenarnya?

Rencana tersebut mendapat dukungan publik yang luas, namun sebuah jajak pendapat baru oleh media lokal menemukan bahwa 34 persen orang ingin pemerintah bernegosiasi untuk mengakhiri kebuntuan ini.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Putin Usul Gantikan Menhan Sergei Shoigu dengan Ekonom Sipil

Putin Usul Gantikan Menhan Sergei Shoigu dengan Ekonom Sipil

Global
[KABAR DUNIA SEPEKAN] Israel Serang Rafah | Serangan Drone Terjauh Ukraina

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Israel Serang Rafah | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com