Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Wabah Menari Massal di Perancis 1518: Lenggak-lenggok Kejang dengan Tatapan Kosong

Kompas.com - 22/02/2024, 20:30 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

PARIS, KOMPAS.com - Wabah menari di Strasbourg, Perancis terjadi pada Juli 1518. Saat itu, para penduduk dikejutkan dengan adanya dorongan untuk menari secara tiba-tiba. Tubuh seolah tak terkendali.

Sejumlah orang menari diiringi alunan pipa, drum, dan terompet, melompat dari satu kaki ke kaki lainnya dan berputar-putar di bawah teriknya matahari.

Dari kejauhan, pemandangan itu tampak seperti karnaval, tetapi jika dilihat lebih dekat, akan terlihat pemandangan yang mengerikan.

Baca juga: Wabah Kutu Busuk Mulai Merebak di Asia

Catatan Sejarah Wabah Menari

Dilansir dari Science Times, para penari memiliki lengan yang seolah mengepak seperti burung, tatapan yang kosong, dan tubuh yang kejang-kejang.

Pakaian compang-camping dan wajah mereka tampak basah oleh keringat. Ada darah yang merembes dari kaki yang bengkak ke sepatu bot kulit dan bakiak kayu.

Peristiwa ini adalah yang paling mematikan dan paling terdokumentasikan dari wabah terkait yang merebak di sepanjang sungai Rhine dan Moselle sejak tahun 1374.

Delapan tahun setelah wabah tersebut, dokter dan alkemis Paracelsus mengunjungi Strasbourg dan penasaran oleh penyebabnya. Menurut Opus Paramirum yang ditulisnya pada tahun 1530-an, semuanya berawal dari seorang wanita bernama Frau Troffea.

Menurut catatan ini dan catatan sejarah lainnya, Frau Troffea mulai menari pada tanggal 14 Juli 1518 di jalan sempit di luar rumahnya. Tak ada iringan musik. Dia mulai menari begitu saja.

Mengabaikan permintaan suaminya, Frau Troffea menolak untuk berhenti, terus menari selama berjam-jam hingga langit gelap dan ia pingsan karena kelelahan.

Keesokan paginya, dia bangun lagi dengan kakinya yang bengkak dan menari sebelum rasa haus dan lapar datang. Setelah enam hari, wanita itu masih tidak tidur dan tidak makan. Hanya menari.

Baca juga: Ratusan Orang di AS dan Kanada Terserang Wabah Salmonella dari Melon Kemasan

Tarian tanpa henti Frau Troffea seharusnya menjadi perhatian, namun puluhan orang lain tiba-tiba bergabung dengannya dalam aksi tanpa henti. Awalnya hanya ada 34 orang, namun pada akhir bulan, jumlahnya menjadi 400 orang.

Sebagai tanggapan atas kegilaan ini, dewan kota Strasbourg membangun panggung dan menyewa musisi dengan harapan dapat mengusir para penari. Mereka percaya bahwa orang-orang mengalami demam yang disebut "darah panas" yang hanya bisa disembuhkan dengan menari.

Namun, pertunjukan tersebut justru mendorong lebih banyak warga untuk bergabung dengan para penari. Kejadian aneh ini akhirnya berakhir pada bulan September ketika para penari dibawa ke kuil di puncak gunung untuk berdoa memohon pengampunan dosa.

Membongkar Asal Muasal Wabah Menari

Sejarawan modern berpendapat bahwa tarian Strasbourg adalah hasil dari keracunan ergot, sejenis jamur yang tumbuh pada gandum hitam dan lebih jarang pada tanaman lain seperti gandum.

Ketika dipanggang menjadi roti dan dikonsumsi oleh manusia, jamur ini menghasilkan efek berbahaya yang mirip dengan LSD, atau bahkan lebih mematikan.

Keracunan ergot memang menghasilkan efek psikoaktif, dan lebih mungkin membunuh korbannya daripada memberi mereka daya tahan untuk menari selama sebulan penuh.

Ahli lain berpendapat bahwa epidemi ini termasuk dalam kelas fenomena psikologis yang kurang dipahami yang dikenal sebagai penyakit psikogenik massal atau histeria massal. Kondisi ini diperkirakan muncul sebagai respons kelompok terhadap stres.

Menari Karena Depresi?

John Waller dari Departemen Sejarah Michigan State University, penduduk Strasbourg mengalami tekanan akut pada tahun 1518. Hal ini disebabkan oleh panen yang buruk, harga gandum yang tinggi, penyebaran penyakit sifilis, dan kambuhnya penyakit kusta.

Baca juga: Wabah Pernapasan Kian Melonjak di China, Haruskah Dunia Khawatir?

Histeria massal terlalu jarang terjadi sehingga sulit diamati di lapangan. Juga tidak ada cara untuk memprediksi kapan akan terjadi. Penyebab dan pengobatannya akan tetap menjadi misteri psikologi manusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Internasional
New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

Global
Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Global
Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Global
Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza akibat Serangan Israel...

Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza akibat Serangan Israel...

Global
Arab Saudi Imbau Warga Waspadai Penipuan Visa Haji Palsu

Arab Saudi Imbau Warga Waspadai Penipuan Visa Haji Palsu

Global
China Beri Subsidi Rp 22,8 Juta ke Warga yang Mau Tukar Mobil Lama ke Baru

China Beri Subsidi Rp 22,8 Juta ke Warga yang Mau Tukar Mobil Lama ke Baru

Global
Atlet Palestina Bakal Diundang ke Olimpiade Paris 2024

Atlet Palestina Bakal Diundang ke Olimpiade Paris 2024

Global
Rangkuman Hari Ke-793 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Jalur Kereta Api | Risiko Bencana Radiasi Nuklir

Rangkuman Hari Ke-793 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Jalur Kereta Api | Risiko Bencana Radiasi Nuklir

Global
Hamas Pelajari Proposal Gencatan Senjata Baru dari Israel

Hamas Pelajari Proposal Gencatan Senjata Baru dari Israel

Global
Rektor Universitas Columbia Dikecam atas Tindakan Keras Polisi pada Pedemo

Rektor Universitas Columbia Dikecam atas Tindakan Keras Polisi pada Pedemo

Global
China Jadi Tuan Rumah Perundingan Persatuan Palestina bagi Hamas-Fatah

China Jadi Tuan Rumah Perundingan Persatuan Palestina bagi Hamas-Fatah

Global
Mahasiswa Paris Akhiri Demo Perang Gaza Usai Bentrokan di Jalanan

Mahasiswa Paris Akhiri Demo Perang Gaza Usai Bentrokan di Jalanan

Global
Perempuan Ini Bawa 2 Kg Kokain di Rambut Palsunya

Perempuan Ini Bawa 2 Kg Kokain di Rambut Palsunya

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com