Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menlu Palestina Sebut Pendudukan Israel sebagai Kolonialisme dan Apartheid

Kompas.com - 20/02/2024, 14:30 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber UPI

DEN HAAG, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki menyebut pendudukan Israel sebagai kolonialisme dan apartheid.

Dia juga mengatakan kepada 15 hakim internasional bahwa selama lebih dari satu abad hak yang tidak dapat dicabut dari rakyat Palestina untuk menentukan nasibnya sendiri telah ditolak dan dilanggar.

Hampir satu minggu sidang dimulai pada Senin (19/2/2024) di pengadilan tinggi PBB mengenai legalitas pendudukan Israel selama hampir 60 tahun di wilayah Palestina.

Baca juga: Pasukan Israel Tembaki Warga Palestina yang Menunggu Bantuan Makanan

Sementara perang dengan Hamas yang didukung Iran di Jalur Gaza masih terus berlanjut.

Sidang bersejarah selama enam hari di Mahkamah Internasional di Den Haag akan berakhir pada 26 Februari, dengan lebih dari 50 negara dan tiga organisasi internasional diperkirakan akan berbicara, yang diawali dengan argumen dari Palestina.

"Bangsa Palestina telah mengalami kolonialisme dan apartheid. Ada orang-orang yang marah dengan kata-kata ini. Mereka seharusnya marah dengan kenyataan yang kami alami," ujar al-Maliki di hadapan panel yang duduk di sebelah utusan Palestina untuk PBB, Riyad Mansour, dilansir dari UPI.

Dengan menggunakan lima peta berbeda yang menggambarkan hilangnya wilayah Palestina secara progresif sejak tahun 1920, menteri luar negeri tersebut mengatakan bahwa Palestina bukanlah tanah tanpa penduduk.

"Itu bukan, seperti yang digambarkan oleh para pemimpin Israel, sebuah gurun pasir. Ada kehidupan di tanah ini," tambahnya.

Ia mengatakan bahwa peta-peta tersebut menunjukkan apa yang ingin dicapai oleh pendudukan Israel yang berkepanjangan dan terus menerus atas Palestina.

"Israel ingin hilangnya Palestina secara keseluruhan dan penghancuran rakyat Palestina," tambahnya.

Baca juga: Perancis Jajaki Kemungkinan Akui Negara Palestina

Pendapat akhir diperkirakan akan memakan waktu beberapa bulan, sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut proses tersebut sebagai tindakan tercela dan memalukan.

Lima puluh dua negara dan tiga organisasi internasional, termasuk Amerika Serikat dan Rusia, diperkirakan akan memberikan pendapat, yang menurut Human Rights Watch merupakan jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Baca juga: Pasukan Israel Serang Tepi Barat, 2 Warga Palestina Terbunuh

Sebelumnya, Amnesty International mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pendudukan Israel atas Palestina adalah yang terpanjang dan salah satu pendudukan militer yang paling mematikan di dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Terkini Lainnya

Biden Menyesal AS Kirim Senjata ke Israel yang Menewaskan Warga Palestina

Biden Menyesal AS Kirim Senjata ke Israel yang Menewaskan Warga Palestina

Global
AS Tegas Peringatkan Israel, Pasokan Senjata Akan Disetop jika Lanjutkan Serang Rafah

AS Tegas Peringatkan Israel, Pasokan Senjata Akan Disetop jika Lanjutkan Serang Rafah

Global
[POPULER GLOBAL] PRT Dapat Warisan Rp 43,5 Miliar | Israel Serang Rafah

[POPULER GLOBAL] PRT Dapat Warisan Rp 43,5 Miliar | Israel Serang Rafah

Global
Israel Serang Rafah: Hamas Lawan Balik, AS Hentikan Pengiriman Senjata

Israel Serang Rafah: Hamas Lawan Balik, AS Hentikan Pengiriman Senjata

Global
Militer Taiwan Siap Hadapi Apapun Langkah China saat Presiden Lai Mulai Menjabat

Militer Taiwan Siap Hadapi Apapun Langkah China saat Presiden Lai Mulai Menjabat

Global
Ada Air Terjun di Kantor, Ternyata Ini Penyebabnya

Ada Air Terjun di Kantor, Ternyata Ini Penyebabnya

Global
Pria China Bangun dari Koma 10 Tahun Berkat Perawatan Tulus Istrinya

Pria China Bangun dari Koma 10 Tahun Berkat Perawatan Tulus Istrinya

Global
Ukraina Kemungkinan Mati Listrik di Seluruh Negeri Usai Serangan Besar Rusia

Ukraina Kemungkinan Mati Listrik di Seluruh Negeri Usai Serangan Besar Rusia

Global
India Tangkap 4 Orang yang Dituduh Selundupkan Orang untuk Jadi Tentara Rusia di Ukraina

India Tangkap 4 Orang yang Dituduh Selundupkan Orang untuk Jadi Tentara Rusia di Ukraina

Global
Kepala Propaganda yang Melayani Ketiga Pemimpin Korea Utara Meninggal

Kepala Propaganda yang Melayani Ketiga Pemimpin Korea Utara Meninggal

Global
Jika Pasukan Perancis Dikirim ke Ukraina, Rusia Anggap Sasaran Sah

Jika Pasukan Perancis Dikirim ke Ukraina, Rusia Anggap Sasaran Sah

Global
Israel Buka Lagi Penyeberangan Kerem Shalom untuk Bantuan ke Gaza

Israel Buka Lagi Penyeberangan Kerem Shalom untuk Bantuan ke Gaza

Global
Di Museum Australia, Ada Toilet Khusus Perempuan

Di Museum Australia, Ada Toilet Khusus Perempuan

Global
Israel Buru Hamas dalam Serangan Besar-besaran di Rafah

Israel Buru Hamas dalam Serangan Besar-besaran di Rafah

Global
Malaysia Akan Hadiahkan Orangutan kepada Negara Pembeli Minyak Sawit, Serupa Diplomasi Panda dari China

Malaysia Akan Hadiahkan Orangutan kepada Negara Pembeli Minyak Sawit, Serupa Diplomasi Panda dari China

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com