Penulis: Kersten Knipp/DW Indonesia
TEHERAN, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) mengeklaim telah mengidentifikasi dalang serangan terhadap pangkalan militernya di Yordania yang menewaskan tiga orang serdadu, akhir Januari silam.
"Kami yakin, serangan ini direncanakan, dibiayai dan dilancarkan oleh sebuah organisasi payung bernama Perlawanan Islam di Irak," kata direktur komunikasi Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby.
Serangan udara pada akhir pekan di Irak dan Suriah diniatkan untuk melumpuhkan kapasitas tempur IRI yang belakangan kian berani mengusik keberadaan pasukan AS di kawasan.
Baca juga: Sebenarnya AS Menyerang Unit Iran Bukan Negara Iran, Ini Penjelasannya
Sejak 2023 lalu, IRI atau al Muqawamah Al Islamiyah fi Al Iraq mulai melancarkan serangan terhadap pangkalan militer AS di Yordania, Suriah, dan Irak.
Mereka termasuk bagian Poros Perlawanan atau Axis of Resistance yang disokong militer Iran, dan dikenal dekat dengan organisasi Kataib Hezbollah yang juga beroperasi di Irak.
Pemerintah di Teheran sebaliknya menepis dugaan keterlibatan dalam serangan terhadap militer AS.
"Kami tidak menginginkan perang, tapi kami juga tidak takut terhadap peperangan," kata komandan Garda Revolusi, Jenderal Hossein Salami.
"Kami bukan kaum pencinta perang. Kami membela diri dan martabat kami," ujarnya seperti dikutip kantor berita IRNA.
Menteri Luar Negeri Iran Amir Abdollahian juga ikut mengimbau AS untuk menahan diri dari aksi saling tuduh dan sebaliknya mengupayakan solusi politik.
Menurut Hamidreza Azizi, pakar Iran di lembaga penelitian Yayasan Ilmu Pengetahuan dan Politik Berlin, SWP, terlalu sepele jika menganggap tindakan masing-masing kelompok sepenuhnya bisa dikendalikan oleh Iran.
"Namun begitu, dimensi eskalasi oleh Poros Perlawanan menyiratkan sebuah koordinasi tingkat tinggi," ujarnya.
Baca juga: Seperti Ini Perjalanan Konflik AS dan Iran, padahal Dulu Berteman
"Selama ini, Iran merawat Poros Perlawanan dengan rutin memasok senjata atau memberikan bantuan logistik dan keuangan. Atas dasar ini bisa diasumsikan, keputusan untuk menyerang AS dan Israel sebagai reaksi Perang Gaza diambil dan dikoordinasikan secara kolektif dengan dukungan Iran," ujar Azizi menambahkan.
Kendati demikian, setiap kelompok menikmati otonomi tinggi dari Iran, terutama dalam urusan menentukan sasaran serangan.
"Sebab itu sangat sulit menilai seberapa jauh keterlibatan Iran," kata Azizi yang hingga 2020 masih mengajar sebagai dosen di Teheran.