Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan Perwira CIA Dihukum 40 Tahun Penjara karena Bocorkan Data Rahasia

Kompas.com - 02/02/2024, 11:47 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber BBC,ABC News

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Mantan perwira CIA, Joshua Schulte (35), telah dijatuhi hukuman 40 tahun penjara karena membocorkan data rahasia.

Data itu berasal dari sejumlah alat peretas rahasia ke platform pelapor pelanggaran WikiLeaks.

Selain itu, Schulte juga dinyatakan bersalah karena memiliki gambar mengenai pelecehan anak.

Baca juga: AS Bakal Serang Sasaran Iran di Suriah dan Irak

Jaksa menuduhnya membocorkan alat CIA "Vault 7", yang memungkinkan petugas intelijen meretas ponsel pintar dan menggunakannya sebagai alat pendengar.

Mereka mengatakan, kebocoran tersebut adalah salah satu yang paling "keji" dalam sejarah Amerika Serikat (AS).

Sebagaimana diberitakan BBC pada Jumat (2/2/2024), Schulte membagikan sekitar 8.761 dokumen ke WikiLeaks pada 2017 yang merupakan pelanggaran data terbesar dalam sejarah CIA, kata departemen kehakiman AS.

Dia membantah tuduhan tersebut, tetapi dinyatakan bersalah atas berbagai tuduhan di tiga persidangan federal terpisah di New York pada 2020, 2022, dan 2023.

Pada Kamis (1/2/2024), dia dijatuhi hukuman atas tuduhan spionase, peretasan komputer, penghinaan terhadap pengadilan, membuat pernyataan palsu kepada FBI, dan kepemilikan gambar pelecehan anak.

"Joshua Schulte mengkhianati negaranya dengan melakukan kejahatan spionase yang paling berani dan keji dalam sejarah Amerika," kata Jaksa AS Damian Williams.

Berdasarkan bukti di persidangan, Schulte bekerja sebagai pengembang perangkat lunak di Pusat Intelijen Siber yang melakukan spionase siber terhadap organisasi teroris dan pemerintah asing.

Baca juga: Seperti Ini Perjalanan Konflik AS dan Iran, padahal Dulu Berteman

Jaksa mengatakan bahwa pada 2016 dia mengirimkan informasi yang dicuri ke WikiLeaks, kemudian berbohong kepada agen FBI tentang perannya dalam kebocoran tersebut.

Mereka mengatakan bahwa ia tampaknya termotivasi oleh kemarahan atas perselisihan di tempat kerja.

Schulte telah berjuang untuk memenuhi tenggat waktu, dan Asisten Jaksa AS Michael Lockard mengatakan salah satu proyeknya sangat terlambat dari jadwal sehingga dia mendapat julukan "Drifting Deadline".

Jaksa penuntut menyatakan bahwa dengan melakukan balas dendam, dia menyebabkan kerusakan besar pada keamanan nasional negara ini.

WikiLeaks mulai menerbitkan data rahasia dari file tersebut pada 2017.

Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com