Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah 2 Pekan, Jenazah Terakhir Gempa Dahsyat China Akhirnya Ditemukan

Kompas.com - 02/01/2024, 14:51 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Reuters

BEIJING, KOMPAS.com - Jasad dua orang yang masih hilang setelah gempa bumi paling serius di China dalam hampir satu dekade terakhir ditemukan pada Minggu (31/12/2024).

Jumlah korban jiwa resmi dari gempa dengan magnitudo 6,2 yang mengguncang provinsi barat laut Qinghai dan Gansu hampir dua minggu yang lalu itu menjadi 151 orang.

Jenazah terakhir ditemukan di Qinghai Sabtu (30/12/2024) pada pukul 1.16 pagi (1716 GMT).

Baca juga: Daftar Gempa Bumi Besar Jepang dalam 30 Tahun Terakhir

Dilansir dari Reuters, gempa bumi yang pusatnya membentang di Qinghai dan Gansu ini merupakan yang paling parah di China sejak gempa magnitudo 6,5 menghantam provinsi barat daya Yunnan pada tahun 2014 dan menewaskan 617 orang.

Tragedi di Qinghai dan Gansu yang dilanda bencana, yang merupakan rumah bagi banyak orang Hui, etnis minoritas yang erat dengan identitas Muslim yang khas, telah menimbulkan kekhawatiran baru akan rumah-rumah yang sudah ketinggalan zaman dan dibangun dengan buruk.

Banyak rumah yang hancur terbuat dari struktur kayu-tanah atau batu bata-kayu.

Dinding penahan beban mereka dibangun dari tanah, sehingga tidak memberikan pertahanan yang cukup untuk menghadapi gempa bumi, kata pihak berwenang setempat.

Gansu, Qinghai, Tibet, Xinjiang dan dataran tinggi berbatu di Sichuan dan Yunnan terletak di pinggiran dataran tinggi Qinghai-Tibet yang secara geologis sangat kompleks.

Banyak penduduk yang tinggal di tepi dataran tinggi, yang sering kali berada di atas garis patahan aktif, adalah petani dan penggembala yang hidup dengan pendapatan yang sangat rendah.

Han Ting, 33 tahun, yang desanya di Gansu hampir hancur akibat gempa, memilih untuk tetap tinggal di tenda darurat yang didirikan oleh para petugas bantuan karena khawatir rumah keluarganya yang rusak sebagian masih bisa runtuh dan menimpanya.

Baca juga: Dampak Gempa Jepang: Peringatan Tsunami di Rusia, Korea Utara, dan Korea Selatan

"Rumah yang diberikan kepada kami juga agak jauh, jadi kami masih memilih untuk tetap tinggal di tenda ini," kata Han, salah satu dari ribuan orang Hui yang tinggal di daerah tersebut.

"Saat ini tidak terlalu dingin, dan kami tidak kekurangan kebutuhan sehari-hari, dan anak-anak juga sudah kembali bersekolah," tambahnya.

Bahkan ketika kehidupan mulai kembali berjalan bagi Han, ia tidak bisa tidak memikirkan kakeknya, yang selamat dari dampak awal gempa bumi tetapi meninggal beberapa hari kemudian.

Baca juga: 6 Orang Tewas Setelah Gempa Melanda Jepang di Hari Tahun Baru

"Pada malam gempa, dia berlari keluar rumah dengan hanya berbalut selimut dan bersembunyi di dalam mobil kecil," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com