Gempa China 2023 Terkuat dalam 9 Tahun, 155.000 Bangunan Rusak

DAHEJIA, KOMPAS.com - Gempa China bermagnitudo 6,2 pada Senin (18/12/2023) malam waktu setempat adalah yang terkuat di negara itu dalam sembilan tahun terakhir.

Pada 2014 kala itu, gempa di Provinsi Yunnan menewaskan 600 orang.

Kemudian yang terbaru, gempa di Provinsi Gansu merenggut 127 nyawa, membuat 530 korban luka-luka, dan lebih dari 155.000 bangunan rusak, menurut stasiun tv pemerintah CCTV.

Baca juga: Gempa Dangkal Guncang China, 111 Orang Tewas

Menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), gempa China ini terjadi di kedalaman dangkal pada pukul 23.59 waktu setempat.

Pusat gempa sekitar 100 kilometer dari ibu kota Provinsi Gansu yaitu Lanzhou.

Tayangan televisi menunjukkan personel darurat menyisir puing-puing dengan cahaya obor dan membentangkan tandu berwarna oranye untuk para korban.

Kantor berita XInhua melaporkan, guncangan gempa China di Gansu terasa sampai kota besar Xi'an yang terletak 570 kilometer jauhnya.

Sementara itu, kantor berita AFP mengutip surat kabar People's Daily menyebutkan bahwa 14 orang tewas dan 198 korban luka-luka di Kota Haidong, Provinsi Qinhai yang bersebelahan dengan Gansu.

Puluhan gempa susulan yang lebih kecil terjadi setelah gempa Gansu pertama.

Pihak berwenang memperingatkan, gempa bermagnitudo lebih dari 5,0 mungkin terjadi dalam beberapa hari ke depan.

Baca juga:

• Gempa China Tewaskan Lebih dari 100 Orang, Xi Jinping Bergerak Cepat
• UPDATE Gempa China: 118 Orang Tewas, 5.000 Rumah Hancur
• Update Gempa China: 127 Orang Tewas, Warga Selamat Hadapi -17 Derajat Celsius

"Saya berusia 70 tahun dan belum pernah mengalami gempa sekuat ini sepanjang umur," kata warga bernama Ma Wenchang kepada AFP.

"Saya tak bisa tinggal (di rumah) lagi karena terlalu berbahaya. Kerabat saya dipindahkan ke tempat lain," tambahnya.

Ia pun kini harus berhadapan dengan suhu dingin ketika tinggal di luar rumah.

Kawasan pedalaman di China barat memiliki riwayat aktivitas seismik yang sering terjadi.

Pada 2008, gempa China di Provinsi Sichuan membuat lebih dari 87.000 orang tewas atau hilang, termasuk 5.335 anak sekolah.