UTTARAKHAND, KOMPAS.com - "Saya memindahkan batu terakhir dan melihat mereka. Lalu saya pergi ke sisi lain. Mereka memeluk kami, mengangkat kami, dan berterima kasih kepada kami karena telah mengeluarkannya," kata Munna Qureshi kepada wartawan pada Selasa (28/12/2023) malam setelah keluar dari terowongan Himalaya di Negara Bagian Uttarakhand di India utara.
Munna termasuk di antara sejumlah pekerja yang menyingkirkan puing-puing dengan tangan untuk membantu membebaskan 41 pekerja yang terjebak di Terowongan Silkyara sepanjang 4,5 km yang sedang dibangun. Puluhan pekerja itu terperangkap di dalam terowongan selama lebih dari 16 hari.
Tanah longsor menyebabkan sebagian terowongan--bagian dari proyek utama Char Dham senilai 1,5 miliar dollar AS (sekitar Rp 23,2 triliun). Terowongan sepanjang 890 km yang menghubungkan tempat-tempat peziarah utama Hindu itu ambruk pada 12 November.
Baca juga: Terowongan yang Sedang Dibangun Runtuh, 40 Pekerja India Terjebak
Qureshi (29) digambarkan oleh para pejabat dan media sebagai penambang "lubang tikus" dan dipuji sebagai "pahlawan operasi penyelamatan".
Dia dan rekan-rekannya merangkak ke dalam pipa sepanjang 800 meter dan membersihkan puing-puing sepanjang 12 meter pada bagian terakhir dalam waktu kurang dari 18 jam, menurut Letjen Syed Ata Hasnain, seorang pejabat senior yang mengawasi operasi tersebut.
Para penambang yang menggunakan teknik "lubang tikus" yang berbahaya melakukan penggalian lubang sempit yang dibuat khusus di dalam tanah, yang hanya cukup besar untuk dilalui satu orang untuk mengekstraksi batu bara.
Para penambang yang gesit--biasanya remaja laki-laki dan pria dewasa kurus--membawa banyak batu bara basah dalam keranjang di atas bilah kayu yang mengapit dinding tambang, yang sebagian besar ditemukan di negara bagian Meghalaya di timur laut.
Mahkamah Agung India telah melarang praktik ini pada 2014, namun tetap berlanjut secara ilegal.
“Saat kami turun, hampir tidak ada cahaya yang masuk dari atas,” kata seorang pria yang meninggalkan pekerjaannya di tambang "lubang tikus" di Meghalaya kepada BBC pada 2019.
“Tambang tempat saya bekerja sebelumnya kedalamannya hanya 30 kaki (9 meter). Tapi ini jauh lebih berbahaya. Kedalamannya hampir 400 kaki."
Di Uttarakhand, para insinyur yakin, memberi label pada petugas penyelamat yang memasuki pipa sebagai "penambang lubang tikus" mungkin tidak sepenuhnya akurat.
Mereka menyebutnya ekskavator manual, yang masuk ke ruang sempit untuk membersihkan dan melakukan perbaikan--sebagian besar penambang yang disebut "lubang tikus" di terowongan bekerja di kota-kota untuk memperbaiki pipa air dan saluran pembuangan.
Mekanik terowongan yang terampil dan ekskavator manual harus dikerahkan setidaknya tiga kali selama operasi penyelamatan untuk membersihkan penyumbatan di terowongan.