Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Penambang "Lubang Tikus" di India Bebaskan 41 Pekerja yang Terjebak di Terowongan

Kompas.com - 03/12/2023, 23:37 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

UTTARAKHAND, KOMPAS.com - "Saya memindahkan batu terakhir dan melihat mereka. Lalu saya pergi ke sisi lain. Mereka memeluk kami, mengangkat kami, dan berterima kasih kepada kami karena telah mengeluarkannya," kata Munna Qureshi kepada wartawan pada Selasa (28/12/2023) malam setelah keluar dari terowongan Himalaya di Negara Bagian Uttarakhand di India utara.

Munna termasuk di antara sejumlah pekerja yang menyingkirkan puing-puing dengan tangan untuk membantu membebaskan 41 pekerja yang terjebak di Terowongan Silkyara sepanjang 4,5 km yang sedang dibangun. Puluhan pekerja itu terperangkap di dalam terowongan selama lebih dari 16 hari.

Tanah longsor menyebabkan sebagian terowongan--bagian dari proyek utama Char Dham senilai 1,5 miliar dollar AS (sekitar Rp 23,2 triliun). Terowongan sepanjang 890 km yang menghubungkan tempat-tempat peziarah utama Hindu itu ambruk pada 12 November.

Baca juga: Terowongan yang Sedang Dibangun Runtuh, 40 Pekerja India Terjebak

Qureshi (29) digambarkan oleh para pejabat dan media sebagai penambang "lubang tikus" dan dipuji sebagai "pahlawan operasi penyelamatan".

Dia dan rekan-rekannya merangkak ke dalam pipa sepanjang 800 meter dan membersihkan puing-puing sepanjang 12 meter pada bagian terakhir dalam waktu kurang dari 18 jam, menurut Letjen Syed Ata Hasnain, seorang pejabat senior yang mengawasi operasi tersebut.

Sejumlah warga menyaksikan upaya penyelamatan pekerja terowongan dari kejauhan .REUTERS/FRANCIS MASCARENHAS via BBC INDONESIA Sejumlah warga menyaksikan upaya penyelamatan pekerja terowongan dari kejauhan .
Mereka "percaya diri dan acuh tak acuh" terhadap pekerjaan yang mereka lakukan, bersedia "melakukan apa pun... tanpa alat khusus", katanya kepada NDTV.

Para penambang yang menggunakan teknik "lubang tikus" yang berbahaya melakukan penggalian lubang sempit yang dibuat khusus di dalam tanah, yang hanya cukup besar untuk dilalui satu orang untuk mengekstraksi batu bara.

Para penambang yang gesit--biasanya remaja laki-laki dan pria dewasa kurus--membawa banyak batu bara basah dalam keranjang di atas bilah kayu yang mengapit dinding tambang, yang sebagian besar ditemukan di negara bagian Meghalaya di timur laut.

Mahkamah Agung India telah melarang praktik ini pada 2014, namun tetap berlanjut secara ilegal.

Penambangan lubang tikus digunakan untuk mengekstraksi batu bara dari tambang sempit dan dalam di Meghalaya.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Penambangan lubang tikus digunakan untuk mengekstraksi batu bara dari tambang sempit dan dalam di Meghalaya.
Pada Januari 2019, sekitar 15 penambang kehilangan nyawa ketika mereka terjebak selama lebih dari sebulan di salah satu tambang tersebut.

“Saat kami turun, hampir tidak ada cahaya yang masuk dari atas,” kata seorang pria yang meninggalkan pekerjaannya di tambang "lubang tikus" di Meghalaya kepada BBC pada 2019.

“Tambang tempat saya bekerja sebelumnya kedalamannya hanya 30 kaki (9 meter). Tapi ini jauh lebih berbahaya. Kedalamannya hampir 400 kaki."

Di Uttarakhand, para insinyur yakin, memberi label pada petugas penyelamat yang memasuki pipa sebagai "penambang lubang tikus" mungkin tidak sepenuhnya akurat.

Mereka menyebutnya ekskavator manual, yang masuk ke ruang sempit untuk membersihkan dan melakukan perbaikan--sebagian besar penambang yang disebut "lubang tikus" di terowongan bekerja di kota-kota untuk memperbaiki pipa air dan saluran pembuangan.

Mekanik terowongan yang terampil dan ekskavator manual harus dikerahkan setidaknya tiga kali selama operasi penyelamatan untuk membersihkan penyumbatan di terowongan.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Terkini Lainnya

Senator AS Apresiasi Sikap Biden Tak Jadi Kirim Bom Seberat 907 Kg untuk Israel

Senator AS Apresiasi Sikap Biden Tak Jadi Kirim Bom Seberat 907 Kg untuk Israel

Global
Untuk Pertama Kalinya, Pejabat Militer Pentagon Mundur karena Perang Gaza

Untuk Pertama Kalinya, Pejabat Militer Pentagon Mundur karena Perang Gaza

Global
Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Internasional
Pesawat Tempur Israel Mengebom Kamp Pengungsi Nuseirat, 14 Tewas Termasuk Anak-anak

Pesawat Tempur Israel Mengebom Kamp Pengungsi Nuseirat, 14 Tewas Termasuk Anak-anak

Global
AS Tak Percaya Terjadi Genosida di Gaza

AS Tak Percaya Terjadi Genosida di Gaza

Global
AS Hancurkan Sebagian Jembatan Baltimore yang Ambruk untuk Bebaskan Kapal Terjebak

AS Hancurkan Sebagian Jembatan Baltimore yang Ambruk untuk Bebaskan Kapal Terjebak

Global
Pedemo Israel Cegat Truk Bantuan ke Gaza, Banting Makanan sampai Berserakan

Pedemo Israel Cegat Truk Bantuan ke Gaza, Banting Makanan sampai Berserakan

Global
[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

Global
Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Global
Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Global
Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan 'Berkendaralah Seperti Perempuan'

Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan "Berkendaralah Seperti Perempuan"

Global
Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Global
Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Global
Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Global
Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com