Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Hindari "Government Shutdown", Bantuan ke Ukraina Kini Tak Pasti

Kompas.com - 02/10/2023, 10:49 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Kelanjutan bantuan Amerika Serikat (AS) untuk Ukraina kini tidak pasti setelah tercapainya kesepakatan untuk menghindari government shutdown, atau penghentian kegiatan pemerintah federal.

Kesepakatan yang dicapai di Kongres AS pada Minggu (1/10/2023) membatalkan pendanaan baru bagi Ukraina setelah ditentang anggota Partai Republik garis keras.

Ini terjadi hampir seminggu setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky melawat ke Washington untuk meminta lebih banyak bantuan dana.

Baca juga: Ukraina Upayakan Bantuan AS Tetap Mengalir Usai Batalnya Government Shutdown

Presiden AS Joe Biden dan partainya, Demokrat, mengatakan bahwa Amerika wajib membantu Ukraina melawan invasi Rusia yang dipimpin Presiden Vladimir Putin, karena jika tidak dilakukan dapat mengulang insiden serupa terjadi di masa depan.

Namun, masalah pendanaan ini juga menjadi isu politik di Washington sehingga nasib bantuan militer ke Ukraina kini di ambang bahaya.

Biden pada Minggu (1/10/2023) mendesak Ketua DPR dari Partai Republik, Kevin McCarthy, untuk berhenti bermain-main.

Presiden ke-46 AS itu juga sepenuhnya berharap RUU terpisah untuk pendanaan Ukraina akan segera diloloskan.

"Saya ingin meyakinkan para sekutu Amerika kami, rakyat Amerika, dan rakyat di Ukraina bahwa Anda dapat mengandalkan dukungan kami. Kami tidak akan pergi begitu saja," kata Biden dalam pidatonya di Gedung Putih, dikutip dari kantor berita AFP.

Baca juga: Di Balik Batalnya Government Shutdown di AS...

Ukraina pada Minggu berkata bahwa mereka aktif bekerja sama dengan para mitra Amerika untuk memastikan tetap ada bantuan baru pada masa perang.

Pejabat hubungan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell-- mitra utama AS dalam menyalurkan bantuan ke Ukraina--menyampaikan, UE terkejut dengan kesepakatan menit-menit akhir ini dan sangat menyesali keputusan AS.

“Saya berharap ini bukan keputusan yang pasti dan Ukraina akan terus mendapat dukungan dari AS,” tuturnya.

Dampak di AS bila terjadi government shutdown

Dikutip dari VOA Indonesia, paket anggaran AS disetujui dengan perolehan suara 335-91 yang didukung oleh sebagian besar anggota Partai Republik dan hampir semua anggota Partai Demokrat.

Sebelum berakhirnya tenggat untuk mendanai pemerintah pada Minggu (1/10/2023) tengah malam, Senat juga akan mengadakan pertemuan di akhir pekan yang jarang terjadi dan bersiap mengambil tindakan selanjutnya.

Jika DPR tidak mencapai kesepakatan, lebih dari 880.000 pekerja federal (PNS) akan dirumahkan.

Sementara itu, lebih dari dua juta personel militer dan cadangan yang aktif bertugas tetap akan bekerja tanpa gaji.

Sejumlah program dan layanan yang sangat diperlukan warga Amerika juga berpotensi menghadapi penangguhan jika terjadi government shutdown.

Baca juga: Aturan Baru, Anggota Parlemen AS Bisa Pakai Pakaian Olahraga Saat Bekerja

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Global
30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

Internasional
Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Global
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

Global
Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Global
Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Global
Panglima Ukraina: Situasi Garis Depan Memburuk, Rusia Unggul Personel dan Senjata

Panglima Ukraina: Situasi Garis Depan Memburuk, Rusia Unggul Personel dan Senjata

Global
Jam Tangan Penumpang Terkaya Titanic Laku Dilelang Rp 23,75 Miliar

Jam Tangan Penumpang Terkaya Titanic Laku Dilelang Rp 23,75 Miliar

Global
Rusia Masuk Jauh ke Garis Pertahanan Ukraina, Rebut Desa Lain Dekat Avdiivka

Rusia Masuk Jauh ke Garis Pertahanan Ukraina, Rebut Desa Lain Dekat Avdiivka

Global
Filipina Tutup Sekolah 2 Hari karena Cuaca Panas Ekstrem

Filipina Tutup Sekolah 2 Hari karena Cuaca Panas Ekstrem

Global
Rusia Jatuhkan 17 Drone Ukraina di Wilayah Barat

Rusia Jatuhkan 17 Drone Ukraina di Wilayah Barat

Global
Intel AS Sebut Putin Tidak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Intel AS Sebut Putin Tidak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Global
Sosok Subhash Kapoor, Terduga Pencuri Artefak Majapahit di New York

Sosok Subhash Kapoor, Terduga Pencuri Artefak Majapahit di New York

Global
Respons Cepat Emirates Airlines Tangani Kekhawatiran Penumpang Anak Tuai Pujian

Respons Cepat Emirates Airlines Tangani Kekhawatiran Penumpang Anak Tuai Pujian

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com