Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arcturus: Varian Baru Covid-19, Menyebar di AS Bawa Gejala Mata Merah

Kompas.com - 03/05/2023, 21:30 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Yahoo News

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Ada varian Covid-19 baru yang menyebar ke seluruh dunia dengan membawa gejala baru.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengidentifikasi varian baru sebagai XBB.1.16 atau "Arcturus".

Berikut 9 hal yang perlu diketahui tentang varian tersebut, menurut AdventHealth, dilansir dari Yahoo News.

Baca juga: AS akan Akhiri Persyaratan Vaksinasi Covid-19

1. Menurut pejabat kesehatan, Covid-19 masih menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia, termasuk di Amerika Serikat yang terkait dengan sekitar 250 kematian setiap hari.

2. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saat ini mengklasifikasikan XBB.1.16 atau Arcturus sebagai varian dalam pemantauan, yang kurang serius dibandingkan varian utama. Namun, klasifikasi tersebut bersifat cair dan dapat berubah sewaktu-waktu.

3. AdventHealth mengatakan varian Arcturus memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi daripada strain sebelumnya.

4. Varian baru membawa serta gejala Covid-19 yang sama sekali baru: konjungtivitis, juga dikenal sebagai mata merah, yang sering disertai rasa gatal.

5. Arcturus bertanggung jawab atas lonjakan jumlah kasus Covid-19 di beberapa bagian dunia, termasuk India, di mana mata gatal atau lengket paling sering dilaporkan pada anak-anak, bersama dengan gejala khas batuk, pilek, dan flu seperti demam.

6. XBB.1.16 telah terdeteksi di 22 negara, termasuk Amerika Serikat.

7. Dari 10 wilayah perawatan kesehatan yang ditentukan oleh CDC, Arcturus tampaknya paling umum di Wilayah 6, yang meliputi Arkansas, Louisiana, New Mexico, Oklahoma, dan Texas. Di wilayah itu, itu merupakan 21 persen dari semua kasus Covid-19 selama pekan tanggal 9 April.

Baca juga: Jepang Akan Samakan Covid-19 dengan Flu Musiman

8. Sementara tingkat infeksi yang lebih tinggi terlihat dengan varian yang lebih baru, umumnya cenderung menyebabkan penyakit yang tidak terlalu parah.

9. Penyakit yang tidak terlalu parah kemungkinan besar disebabkan oleh tingkat vaksinasi yang lebih tinggi, tingkat kekebalan yang lebih tinggi dari infeksi sebelumnya, dan melemahnya potensi untuk menghasilkan penyakit dalam varian baru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Terkini Lainnya

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Global
Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Global
30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

Internasional
Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Global
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

Global
Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Global
Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Global
Panglima Ukraina: Situasi Garis Depan Memburuk, Rusia Unggul Personel dan Senjata

Panglima Ukraina: Situasi Garis Depan Memburuk, Rusia Unggul Personel dan Senjata

Global
Jam Tangan Penumpang Terkaya Titanic Laku Dilelang Rp 23,75 Miliar

Jam Tangan Penumpang Terkaya Titanic Laku Dilelang Rp 23,75 Miliar

Global
Rusia Masuk Jauh ke Garis Pertahanan Ukraina, Rebut Desa Lain Dekat Avdiivka

Rusia Masuk Jauh ke Garis Pertahanan Ukraina, Rebut Desa Lain Dekat Avdiivka

Global
Filipina Tutup Sekolah 2 Hari karena Cuaca Panas Ekstrem

Filipina Tutup Sekolah 2 Hari karena Cuaca Panas Ekstrem

Global
Rusia Jatuhkan 17 Drone Ukraina di Wilayah Barat

Rusia Jatuhkan 17 Drone Ukraina di Wilayah Barat

Global
Intel AS Sebut Putin Tidak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Intel AS Sebut Putin Tidak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Global
Sosok Subhash Kapoor, Terduga Pencuri Artefak Majapahit di New York

Sosok Subhash Kapoor, Terduga Pencuri Artefak Majapahit di New York

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com