Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan Presiden Peru Pedro Castillo Sebut Dirinya adalah Korban Balas Dendam Politik

Kompas.com - 29/12/2022, 08:48 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber CNA

LIMA, KOMPAS.com - Mantan Presiden Peru Pedro Castillo mengatakan pada Rabu (28/12/2022) bahwa dia adalah korban "balas dendam politik" oleh lawan-lawannya.

Castillo ditahan selama 18 bulan dalam penahanan pra-sidang setelah berusaha membubarkan badan legislatif negara secara ilegal.

Berbicara pada sidang untuk mengajukan banding atas penahanan tersebut, dia mengaku tidak melakukan kejahatan pemberontakan dan konspirasi yang sedang dituduhkan atasnya.

Baca juga: Pengakuan Mantan Menteri Peru di Momen Jelang Pemakzulan Pedro Castillo

"Penahanan pra-sidang yang tidak adil ini ... hanya mempolarisasi negara kita," kata Castillo dalam siaran video pengadilan banding sebagaimana dilansir CNA pada Kamis (29/12/2022).

"Seluruh proses ini tidak lebih dari balas dendam politik."

Mantan presiden itu ditahan di sebuah penjara kecil di pangkalan polisi di sebuah distrik di sebelah timur ibu kota Lima.

Terpilih pada 2019, dia ditahan pada 7 Desember setelah berusaha menutup Kongres melalui dekrit untuk menghindari sidang pemakzulan.

Pemungutan suara tetap berlanjut dan Castillo digulingkan dan segera ditangkap.

Dina Boluarte, yang menjabat sebagai wakil presiden di bawah Castillo, dilantik sebagai presiden baru pada hari yang sama.

Baca juga: Korban Tewas Protes Peru Terus Bertambah, 2 Menteri Mengundurkan Diri

Pemecatan dan penahanan Castillo memicu gelombang protes di seluruh negeri oleh para pendukungnya dan mereka yang tidak senang dengan pemerintah baru.

Data pemerintah melaporkan sedikitnya 22 orang tewas dalam aksi protes itu.

"Saya tidak pernah melakukan kejahatan pemberontakan, saya tidak mengangkat senjata, saya juga tidak memanggil siapa pun untuk mengangkat senjata," kata Castillo.

"Orang yang mengangkat senjata untuk mengakhiri hidup lebih dari 30 orang Peru adalah pemerintah saat ini, menyebabkan lebih dari 20 orang hilang dan lebih dari 200 orang terluka."

Baca juga: Apa yang Sebenarnya Terjadi di Balik Kekacauan Politik Peru?

Pemerintah Boluarte mengumumkan keadaan darurat hampir dua minggu lalu.

Status itu memberikan kekuatan khusus kepada pasukan keamanan dan membatasi kebebasan seperti hak sipil untuk berkumpul.

Kelompok hak asasi manusia menuduh pihak berwenang menggunakan senjata api pada pengunjuk rasa dan menjatuhkan bom asap dari helikopter.

Tentara mengatakan pengunjuk rasa telah menggunakan senjata dan bahan peledak rakitan.

Investigasi Reuters menemukan beberapa kasus orang yang ditembak mati di jalan-jalan perumahan Ayacucho setelah militer bergerak ke wilayah tersebut untuk merebut kembali kendali.

Hakim yang memimpin sidang mengatakan pengadilan sekarang akan membahas banding Castillo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com