BEIJING, KOMPAS.com - Tidak banyak yang meramalkan bahwa Xi Jinping akan menjadi pemimpin China yang paling kuat dalam beberapa dekade terakhir.
Namun, Xi kini siap mengamankan masa jabatannya yang ketiga dalam kekuasannya yang bersejarah.
Xi Jinping mengumumkan periode ketiga sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Komunis China pada Minggu (23/10/2022).
Baca juga: Putin dan Kim Jong Un Beri Selamat ke Xi Jinping, Ini yang Disampaikan
Pidatonya mengindikasikan petunjuk yang penting tentang arah kepemimpinnya ke depan.
Sebelumnya, ada kekhawatiran bahwa China akan menutup diri dari ekonomi dunia.
Namun, Xi berkata, "China tak bisa berkembang tanpa dunia, dan dunia juga membutuhkan China".
"Setelah lebih dari 40 tahun upaya tanpa henti menuju reformasi dan keterbukaan, kami telah menciptakan dua keajaiban, pembangunan ekonomi yang cepat dan stabilitas sosial jangka panjang," tambah dia.
Satu dekade yang lalu, hanya sedikit yang diketahui mengenai Xi Jinping, terlepas dari fakta bahwa dia adalah seorang “pangeran” karena ayahnya merupakan salah satu pemimpin revolusioner China.
Garis keturunan itu membantunya memenangkan dukungan dari para tetua partai, yang berperan penting membawanya menguasai Partai Komunis China (PKC), karena para pemimpin ini sering kali masih memiliki pengaruh politik bahkan setelah pensiun.
“Sebelum diangkat, Xi Jinping dianggap sebagai sosok yang bisa berkompromi dengan semua orang,” kata Joseph Fewsmith, pakar politik elit China di Universitas Boston.
Baca juga: Resmi, Xi Jinping Amankan Masa Jabatan Ketiga, Penguasa China Terkuat Sejak Mao Zedong
Tetapi 10 tahun kemudian, otoritas Xi tampaknya tidak perlu dipertanyakan lagi, dan kekuatannya tidak tertandingi.
Bagaimana hal itu bisa terjadi?
Mao Zedong, bapak pendiri China Komunis, pernah mengatakan, “Kekuatan politik tumbuh dari laras senjata”.
Setelah berdirinya Republik Rakyat China pada 1949, Mao memastikan bahwa partai lah yang mengendalikan Tentara Pembebasan Rakyat (TPR), bukan negara.
Sejak itu, pemimpin PKC juga menjadi ketua Komisi Militer Pusat (KMP).
Xi lebih beruntung dibandingkan pendahulunya, Hu Jintao, karena dia langsung menjadi ketua KMP.
Baca juga: Berbagai Upaya Xi Jinping Buat Kekuasannya Makin Tak Tertandingi
Dia juga tidak membuang-buang waktunya dan segera menyingkirkan oposisi di dalam angkatan bersenjata.
Episode paling mengejutkan terjadi pada 2014 dan 2015, ketika mantan Wakil Ketua KMP Xu Caihou dan mantan Jenderal TPR Guo Boxiong dituduh korupsi.