KOMPAS.com - Presiden Iran bersikeras bahwa negaranya serius untuk menghidupkan kembali kesepakatan yang dimaksudkan untuk mencegahnya memperoleh bom nuklir.
Tapi dilansir AP, dia mempertanyakan apakah Teheran dapat mempercayai komitmen Amerika untuk kesepakatan akhirnya.
"AS telah menginjak-injak kesepakatan sebelumnya," kata Presiden Ebrahim Raisipada Majelis Umum PBB Rabu (21/9/2022), merujuk pada keputusan Amerika untuk menarik diri dari kesepakatan pada 2018.
Baca juga: Demo Iran Pecah di 15 Kota Usai Kematian Masha Amini, Wanita yang Ditahan Polisi karena Jilbab
Sejak revolusi Iran 1979 yang menggulingkan Shah yang didukung Barat, Iran telah bertentangan dengan AS dan telah berusaha memproyeksikan dirinya sebagai penyeimbang kekuatan Amerika.
Tekad Iran untuk melawan tekanan AS telah membuatnya membangun hubungan dekat dengan negara-negara seperti Rusia, mengembangkan program rudal balistik domestik dan berupaya mengekspor cita-cita revolusionernya ke negara-negara di Timur Tengah melalui milisi dan proksi Syiah.
Program nuklirnya, yang ditegaskan untuk tujuan energi damai, dipandang sebagai perpanjangan dari penentangannya terhadap tatanan dunia yang dipimpin Amerika.
Baca juga: Albania Tuduh Iran Atur Serangan Siber Besar, Putuskan Hubungan Diplomatik dan Usir Staf Kedutaannya
Setelah mantan Presiden AS Donald Trump meninggalkan kesepakatan yang ditengahi oleh pemerintahan Obama, Iran dengan mantap meninggalkan setiap batasan yang dikenakan perjanjian pada pengayaan nuklirnya.
Tetapi upaya untuk menyelamatkan kesepakatan itu sekarang mendekati titik belok: ambil-atau-tinggalkan.
Pejabat Uni Eropa telah memperingatkan celah untuk mengamankan kesepakatan nuklir akan segera ditutup.
Baca juga: Rusia Dituding Menggunakan Drone Pembunuh Buatan Iran Shahed-136 dalam Perang di Ukraina
Sebagai imbalan untuk menyetujui persyaratan kesepakatan nuklir baru, Iran akan menerima keringanan sanksi ekonomi dan diberikan akses yang lebih besar ke pasar keuangan global dan aliran dolar AS.
Perubahan dalam kebijakan luar negeri Amerika dengan pemerintahannya tidak hanya menyangkut Iran, tetapi juga sekutu AS yang mempertanyakan keandalan Amerika dan komitmennya terhadap perjanjian, mulai dari iklim hingga keamanan.
Bahkan ketika AS menyatakan keinginan untuk mencapai kesepakatan, Raisi mengkritik apa disebutnya sebagai pengawasan yang berat sebelah terhadap kegiatan nuklir Iran.
Sementara itu, Raisi menyebut program atom negara lain tetap dirahasiakan AS, yang merupakan sebuah referensi ke Israel, yang tidak pernah mengkonfirmasi atau menyangkal memiliki senjata semacam itu.
Baca juga: Wanita 22 Tahun Meninggal Setelah Ditangkap Polisi Moral Iran akibat Berpakaian Kurang Pantas
Israel, yang sangat menentang kesepakatan nuklir, menuduh Iran menyembunyikan aspek program nuklirnya dari inspektur PBB.
“Kami tidak akan membiarkan Iran memperoleh senjata nuklir,” kata Presiden AS Joe Biden dalam pidatonya sendiri di PBB.
Tetapi dia menekankan bahwa AS siap untuk bergabung kembali dengan perjanjian itu jika Iran meningkatkan komitmennya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.