Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sidang Umum PBB: Fokus Utama Perang Ukraina dan Krisis Iklim

Kompas.com - 21/09/2022, 15:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

NEW YORK, KOMPAS.com - Dunia dalam bahaya besar dan tak berdaya, tegas Sekjen PBB Antonio Guterres dalam sesi Sidang Umum PBB ke-77 yang kembali digelar pada Selasa (20/9/2022).

Setelah pandemi Covid-19 membatasi pertemuan tatap muka dua tahun sebelumnya, kini lebih dari 150 kepala negara dan staf pemerintahan menghadiri pertemuan tahunan tersebut di New York, AS.

Guterres mengatakan kepada para pemimpin bahwa banyak negara terjebak dalam krisis global secara kolosal dan tidak siap atau tidak pula bersedia untuk mengatasi tantangan besar yang mengancam masa depan umat manusia dan nasib planet ini.

Baca juga: Buka Sidang Umum, Sekjen PBB Serukan Tindakan Bersama Atasi Krisis Pangan dan Iklim Dunia

"Kepercayaan runtuh, ketidaksetaraan melonjak, planet kita memanas. Banyak orang terluka dan begitu rentan terhadap penderitaan ini," tambah Guterres.

Sekjen PBB mengatakan masih ada harapan. Guterres juga menekankan bahwa kerja sama dan diskusi dialog adalah satu-satunya solusi. Dia memperingatkan bahwa tidak ada kuasa pribadi atau kelompok manapun yang dapat mengatasi ini.

"Mari kita bersama menjadi satu kesatuan, sebagai koalisi dunia, sebagai negara-negara yang bersatu," desak Sekjen PBB itu kepada para pemimpin global yang berkumpul di aula Sidang Umum PBB.

Perang di Ukraina dan meningkatnya krisis ekonomi serta lingkungan menjadi perhatian utama mereka.

Baca juga: Korea Utara di Sidang Umum PBB: Kami Berhak Menguji Senjata, Tak Ada yang Bisa Melarang

Kanselir Olaf Scholz sebut invasi Rusia imperialisme

Invasi Rusia ke Ukraina adalah tindakan imperialisme yang sederhana dan begitu jelas, kata Kanselir Jerman Olaf Scholz saat Sidang Umum PBB di New York City pada Selasa.

Scholz dengan tegas mengkritik invasi Rusia ke Ukraina dan mencela motivasi Vladimir Putin di balik terjadinya perang tersebut. "Tidak ada pembenaran apapun untuk Rusia berperang melawan Ukraina. Presiden Putin mengobarkan perang ini dengan satu tujuan, yakni merebut Ukraina."

Scholz juga mengimbau para anggota sidang untuk tidak netral dalam situasi ini dan menyoroti isu senjata nuklir yang dimiliki oleh Rusia.

"Kita tidak boleh berpangku tangan ketika kekuatan nuklir besar, dipersenjatai kepada kita (anggota pendiri PBB dan anggota tetap dewan keamanan PBB), saat Rusia berusaha mengubah perbatasan dengan jalan kekerasan," tegas Scholz dalam pidatonya.

Baca juga: Dubes Afghanistan Batal Pidato di Sidang Umum PBB, Ada Apa?

Melindungi tatanan internasional

Kanselir Jerman beberapa kali juga menekankan betapa pentingnya menegakkan tatanan dunia berdasarkan aturan.

"Alternatif bagi dunia yang berbasis aturan ini adalah dominasi yang kuat atas yang lemah," Scholz memperingatkan. "Kembalinya imperialisme bukan hanya bencana bagi Eropa, tetapi juga bencana bagi tatanan perdamaian global kita," tambahnya.

Scholz mengatakan bahwa Putin berisiko menghancurkan tidak hanya Ukraina, tetapi juga negaranya sendiri dengan adanya perang ini.

Scholz juga mengecam gagasan Rusia yang mengadakan referendum di beberapa bagian Ukraina. "Putin hanya akan menghentikan perang dan ambisi imperialisnya jika dia menyadari bahwa dia tidak akan bisa menang. Inilah mengapa kami tidak akan menerima perdamaian yang didiktekan oleh Rusia. Inilah mengapa kami tidak akan menerima referendum megah itu. Dan inilah mengapa Ukraina harus mampu mempertahankan diri dari invasi Rusia," katanya.

Baca juga: Orang Keempat dari Delegasi Presiden Brasil di Sidang Umum PBB Positif Covid-19

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com