Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dibanjiri Sanksi, Rusia Tetap Kantongi Rp 2.351 Triliun dari Ekspor Energi

Kompas.com - 08/09/2022, 17:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber AFP

PARIS, KOMPAS.com – Rusia mengantongi 158 miliar euro (Rp 2.351 triliun) hasil dari ekspor energinya selama enam bulan sejak invasinya ke Ukraina, meski Moskwa dibanjiri sanksi dari Barat.

Laporan tersebut disampaikan lembaga think tank yang berbasis di Finlandia, Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA), Selasa (6/9/2022).

CREA menyebutkan, dari total pendapatan Rusia dalam ekspor energi tersebut, Uni Eropa berkontribusi lebih dari separuhnya. Oleh karenanya CREA menyerukan sanksi yang lebih efektif terhadap Moskwa.

Baca juga: Bantuan Senjata Apa Saja yang Bisa Diberikan Korea Utara pada Rusia?

Banyaknya pendapatan yang diraup Rusia tersebut tak lepas dari melonjaknya harga minyak, gas, dan batu bara karena invasi Moskwa ke Ukraina, sebagaimana dilansir AFP.

“Melonjaknya harga bahan bakar fosil berarti bahwa pendapatan Rusia saat ini jauh di atas tingkat tahun-tahun sebelumnya, meskipun ada pengurangan volume ekspor tahun ini,” kata CREA.

Di Eropa, harga gas alam melonjak drastis karena Rusia menghentikan pasokan.

Harga minyak dunia juga sempat melambung ketika invasi Rusia ke Ukraina dimulai, namun seiring berjalannya waktu, harga minyak berangsur turun.

Baca juga: Hubungan Yunani-Turkiye Memanas, Ada Potensi Perang Seperti Rusia-Ukraina

“Ekspor bahan bakar fosil telah menyumbang sekitar 43 miliar euro (Rp 640 triliun) untuk anggaran federal Rusia sejak awal invasi, membantu mendanai kejahatan perang di Ukraina,” kata CREA.

Selama periode enam bulan sejak invasi Rusia, CREA memperkirakan bahwa Uni Eropa adalah kontributor utama dalam Rusia mendapatkan 158 miliar euro (Rp 2.351 triliun) hasil dari ekspor energinya.

Uni Eropa mengimpor bahan bakar fosil Rusia dengan nilai 85,1 miliar euro (Rp 1.266 triliun).

Setelah Uni Eropa, China menyusul dengan 34,9 miliar euro (Rp 519 triliun) dan Turkiye 10,7 miliar euro (Rp 159 triliun).

Sejauh ini, Uni Eropa baru menghentikan impor batu bara dari Rusia. Uni Eropa juga secara progresif melarang minyak Rusia, namun tidak menerapkan batasan apa pun pada impor gas Rusia.

Baca juga: Ukraina Terkini: Sejumlah Permukiman Dilaporkan Direbut Kembali dari Rusia

CREA mengatakan, larangan Uni Eropa atas impor batu bara Rusia dinilai efektif. Setelah larangan itu berlaku, ekspor batu bara Rusia turun ke level terendah sejak perang dimulai.

“Rusia gagal menemukan pembeli lain untuk menggantikan penurunan permintaan (batu bara) Uni Eropa,” kata CREA.

Kendati demikian, CREA menyerukan pembatasan yang lebih kuat mengenai ekspor minyak Rusia.

Lembaga think tank tersebut juga mendesak Uni Eropa dan Inggris menggunakan pengaruh mereka dalam pengiriman global.

“Uni Eropa harus melarang penggunaan kapal milik Eropa dan pelabuhan Eropa untuk pengiriman minyak Rusia ke negara ketiga. Sementara Inggris harus berhenti mengizinkan industri asuransinya untuk berpartisipasi dalam perdagangan ini,” kata CREA.

Baca juga: Putin Tanggapi Tuduhan Barat Soal Penggunaan Energi sebagai “Senjata” oleh Rusia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com