Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Masih Raup Rp 2.300 Triliun dari Ekspor Energi, Sanksi Barat Apa Kabar?

Kompas.com - 06/09/2022, 09:30 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

MOSKWA, KOMPAS.com - Rusia meraup pendapatan 158 miliar euro (Rp 2,34 kuadriliun) dari ekspor energi, dalam enam bulan setelah invasi ke Ukraina.

Temuan itu disampaikan lembaga pemikir atau think tank The Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) pada Selasa (6/9/2022).

Pusat penelitian itu lalu menyerukan sanksi yang lebih efektif terhadap Moskwa setelah invasi Rusia membuat harga minyak, gas, dan batu bara melonjak.

Baca juga: Beberapa Negara Asia Berburu Minyak Rusia dengan Harga Diskon, Bagaimana Indonesia?

"Melonjaknya harga bahan bakar fosil berarti bahwa pendapatan Rusia saat ini jauh di atas tingkat tahun-tahun sebelumnya, meskipun ada pengurangan volume ekspor tahun ini," kata organisasi yang berbasis di Finlandia itu, dikutip dari kantor berita AFP.

Harga gas alam baru-baru ini melonjak ke level tertinggi di Eropa karena Rusia menghentikan pasokan. Harga minyak mentah juga sempat naik setelah invasi, tetapi kemudian turun.

"Ekspor bahan bakar fosil menyumbang sekitar 43 miliar euro (Rp 637,21 triliun) untuk anggaran federal Rusia sejak awal invasi, membantu mendanai kejahatan perang di Ukraina," kata CREA.

Angka-angka tersebut muncul enam bulan setelah invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022.

Selama rentang waktu ini, CREA memperkirakan bahwa Uni Eropa adalah importir utama bahan bakar fosil Rusia, dengan nilai 85,1 miliar euro (Rp 1,26 kuadriliun).

China menyusul dengan 34,9 miliar euro (Rp 517,36 triliun) dan Turki 10,7 miliar euro (Rp 158,61 triliun).

Meski Uni Eropa (UE) menghentikan pembelian batu bara Rusia, blok itu tidak menerapkan batasan apa pun pada impor gas alam karena mereka sangat bergantung pada pasokan Rusia.

Baca juga:

Namun, CREA mengungkapkan bahwa larangan Uni Eropa atas impor batu bara Rusia terbukti efektif.

Setelah larangan itu berlaku, ekspor batu bara Rusia turun ke level terendah sejak perang dimulai.

"Rusia gagal menemukan pembeli lain untuk menggantikan penurunan permintaan UE," kata CREA.

CREA kemudian menyerukan aturan dan penegakan yang lebih kuat mengenai ekspor minyak Rusia, mendesak Uni Eropa dan Inggris menggunakan pengaruh mereka dalam pengiriman global.

"Uni Eropa harus melarang penggunaan kapal milik Eropa dan pelabuhan Eropa untuk pengiriman minyak Rusia ke negara ketiga, sementara Inggris harus berhenti mengizinkan industri asuransinya untuk berpartisipasi dalam perdagangan ini," ujar CREA.

Negara-negara G7, sementara itu, pada Jumat (2/9/2022) berjanji mendesak maju pemberlakuan batasan harga pada minyak mentah Rusia. Ini akan membuat Rusia kehilangan sebagian besar pendapatan yang sekarang diperolehnya dari ekspor minyak.

Menurut Amerika Serikat, larangan Barat pada produk energi Rusia justru berkontribusi pada kenaikan harga yang membantu Moskwa membiayai perangnya. AS selama berbulan-bulan mendesak adanya pembatasan harga.

Baca juga: Turkiye Borong Minyak Rusia, Impor Naik 2 Kali Lipat

Berita video "Rusia Salahkan Politisi Eropa atas Berhentinya Pengiriman Gas" dapat disimak di bawah ini.

Armitha Sathi Devi Kremlin menyalahkan para politisi Eropa, karena menutup nord stream 1
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

China 'Hukum' Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

China "Hukum" Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

Global
UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

Global
Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Global
AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

Global
Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

Global
Ekuador Perang Lawan Geng Narkoba, 7 Provinsi Keadaan Darurat

Ekuador Perang Lawan Geng Narkoba, 7 Provinsi Keadaan Darurat

Global
[POPULER GLOBAL] Identitas Penumpang Tewas Singapore Airlines | Fisikawan Rusia Dipenjara

[POPULER GLOBAL] Identitas Penumpang Tewas Singapore Airlines | Fisikawan Rusia Dipenjara

Global
Ukraina Kembali Serang Perbatasan dan Wilayahnya yang Diduduki Rusia

Ukraina Kembali Serang Perbatasan dan Wilayahnya yang Diduduki Rusia

Global
Singapore Airlines Turbulensi, Ini Nomor Hotline bagi Keluarga Penumpang

Singapore Airlines Turbulensi, Ini Nomor Hotline bagi Keluarga Penumpang

Global
Rusia Pulangkan 6 Anak Pengungsi ke Ukraina Usai Dimediasi Qatar

Rusia Pulangkan 6 Anak Pengungsi ke Ukraina Usai Dimediasi Qatar

Global
Fisikawan Rusia yang Kembangkan Rudal Hipersonik Dihukum 14 Tahun

Fisikawan Rusia yang Kembangkan Rudal Hipersonik Dihukum 14 Tahun

Global
Misteri Area 51: Konspirasi dan Fakta di Balik Pangkalan Militer Tersembunyi AS

Misteri Area 51: Konspirasi dan Fakta di Balik Pangkalan Militer Tersembunyi AS

Global
Kepala Politik Hamas Ucap Duka Mendalam pada Pemimpin Tertinggi Iran

Kepala Politik Hamas Ucap Duka Mendalam pada Pemimpin Tertinggi Iran

Global
Panas Ekstrem 47,4 Derajat Celcius, India Liburkan Sekolah Lebih Awal

Panas Ekstrem 47,4 Derajat Celcius, India Liburkan Sekolah Lebih Awal

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com