WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Perang energi antara Rusia dan Barat dimulai pada Jumat (2/9/2022) saat Moskwa menunda pembukaan kembali pipa Nord Stream 1 ke Jerman sedangkan negara-negara G7 mengumumkan pembatasan harga pada ekspor minyak Rusia.
Sebelumnya, perusahaan energi Rusia, Gazprom, menangguhkan pengiriman gas ke Jerman karena adanya pemeliharaan pada pipa Nord Stream 1 pada Rabu (31/8/2022), sebagaimana dilansir VOA.
Pada Jumat, Gazprom mengumumkan belum dapat melanjutkan pengiriman gasnya ke Jerman dengan dalih adanya kesalahan teknis di pipa Nord Stream 1 untuk dibuka kembali.
Baca juga: Utusan Khusus AS Bertemu Luhut, Sepakati Percepatan Transisi Indonesia ke Energi Terbarukan
Langkah Rusia yang menghentikan pasokan gasnya ke Jerman kemungkinan akan memperburuk krisis energi Eropa.
Juru Bicara Komisi Eropa Eric Mamer mengatakan di Twitter pada Jumat bahwa keputusan Gazprom untuk menghentikan pasokan gas ke Jerman berlandaskan pada dalih yang keliru.
Di sisi lain, Siemens Energy yang merupakan perusahaan yang mengurusi turbin di Nord Stream 1 mengatakan bahwa tidak ada alasan teknis untuk menghentikan pengiriman gas.
Moskow berujar, sanksi-sanksi yang dijatuhkan Barat atas invasi Moskwa ke Ukraina menghalangi pemeliharaan pipa gas.
Baca juga: Kerusuhan Sipil Mengintai Negara Kaya bila Harga Energi Melonjak
Sementara itu, Eropa menuduh Rusia memanfaatkan pengaruhnya atas pasokan gas untuk membalas sanksi Eropa.
Pada Rabu, Jerman juga menuding Moskwa memanfaatkan energi sebagai senjata.
Pada Jumat, para menteri keuangan dari negara-negara G7 mengatakan bahwa mereka akan bekerja dengan cepat menerapkan batasan harga pada ekspor minyak Rusia.
Para menteri keuangan dari negara-negara G7 mengatakan, pembatasan harga pada ekspor minyak Rusia akan ditentukan di kemudian hari berdasarkan berbagai masukan teknis.
Baca juga: Aliran Gas di Nord Stream 1 Dihentikan Total, Rusia Dituduh Gunakan Energi sebagai Senjata
"Batas harga ekspor minyak Rusia ini dirancang untuk mengurangi pendapatan (Presiden Rusia Vladimir) Putin, menutup sumber pendanaan penting untuk agresi," kata Menteri Keuangan Jerman Christian Lindner.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyambut baik keputusan para menteri keuangan G7 yang mengumumkan akan mengatus pembatasan harga untuk minyak Rusia.
“Ketika mekanisme ini diterapkan, itu akan menjadi elemen penting untuk melindungi negara-negara beradab dan pasar energi dari agresi hibrida Rusia,” kata Zelensky dalam pidatonya pada Jumat malam.
Baca juga: Atasi Krisis Energi, Jepang Berencana Hidupkan Kembali PLTN
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.