Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerusuhan Sipil Mengintai Negara Kaya bila Harga Energi Melonjak

Kompas.com - 02/09/2022, 13:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

LONDON, KOMPAS.com – Negara-negara kaya di Eropa menghadapi risiko pecahnya kerusuhan sipil saat musim dingin jika harga energi melonjak yang ikut mengerek biaya hidup.

Analis dari Verisk Maplecroft, Torbjorn Soltvedt, mengatakan kepada Reuters bahwa Jerman dan Norwegia merupakan sebagian dari negara kaya yang sudah mengalami dampak dalam kehidupan sehari-harinya karena para buruh telah beraksi.

Soltvedt mengatakan, tren yang sama juga terlihat di Inggris, sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (2/9/2022).

Baca juga: Aliran Gas di Nord Stream 1 Dihentikan Total, Rusia Dituduh Gunakan Energi sebagai Senjata

Laporan terbaru Verisk Maplecroft mengenai indeks kerusuhan sipil menemukan, lebih dari 50 persen dari hampir 200 negara mengalami peningkatan risiko mobilisasi massa antara kuartal kedua dan ketiga tahun ini.

Itu merupakan angka terbesar sejak Verisk Maplecroft merilis indeksnya pada 2016.

Daftar negara dengan proyeksi peningkatan risiko terbesar termasuk Bosnia dan Herzegovina, Swiss, serta Belanda, menurut laporan yang dirilis pada Jumat.

Baca juga: Atasi Krisis Energi, Jepang Berencana Hidupkan Kembali PLTN

“Selama musim dingin, tidak akan mengejutkan jika beberapa negara maju di Eropa mulai melihat bentuk kerusuhan sipil yang lebih serius,” kata Soltvedt.

Perang Rusia di Ukraina sejak 24 Februari telah melambungkan kenaikan harga pangan, yang mencapai rekor tertinggi sepanjang masa pada Februari dan pada Maret.

Harga energi juga naik tajam di mana Eropa sangat kewalahan karenanya. Apalagi, Eropa, terutama Jerman, masih bergantung pada gas Rusia.

Baca juga: Jerman Umumkan Langkah Penghematan Energi Besar-besaran untuk Hadapi Musim Dingin

“Dan kami masih memiliki beberapa dampak dari pandemi Covid-19 yang berperan dalam hal ini, dengan gangguan rantai pasokan yang ada,” ucap kepala analis Verisk Maplecroft, Jimena Blanco.

Di sisi lain, kekeringan parah dan level air yang rendah di berbagai belahan dunia akibat perubahan iklim turut mengerek harga pangan dan energi yang sudah melambung.

Dari gerakan damai hingga aksi protes disertai kekerasan, kenaikan harga makanan pokok juga menjelaskan peningkatan ketidakpuasan sosial baik di negara berkembang maupun negara maju.

Baca juga: PLTU Mulai Ditinggalkan, Asia Tenggara Perlu Siapkan Langkah Transisi Energi

Meiva Jufarani Aliran Gas di Nord Stream 1 Dihentikan Total, Rusia Dituduh Gunakan Energi sebagai Senjata

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com