LONDON, KOMPAS.com – Negara-negara kaya di Eropa menghadapi risiko pecahnya kerusuhan sipil saat musim dingin jika harga energi melonjak yang ikut mengerek biaya hidup.
Analis dari Verisk Maplecroft, Torbjorn Soltvedt, mengatakan kepada Reuters bahwa Jerman dan Norwegia merupakan sebagian dari negara kaya yang sudah mengalami dampak dalam kehidupan sehari-harinya karena para buruh telah beraksi.
Soltvedt mengatakan, tren yang sama juga terlihat di Inggris, sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (2/9/2022).
Baca juga: Aliran Gas di Nord Stream 1 Dihentikan Total, Rusia Dituduh Gunakan Energi sebagai Senjata
Laporan terbaru Verisk Maplecroft mengenai indeks kerusuhan sipil menemukan, lebih dari 50 persen dari hampir 200 negara mengalami peningkatan risiko mobilisasi massa antara kuartal kedua dan ketiga tahun ini.
Itu merupakan angka terbesar sejak Verisk Maplecroft merilis indeksnya pada 2016.
Daftar negara dengan proyeksi peningkatan risiko terbesar termasuk Bosnia dan Herzegovina, Swiss, serta Belanda, menurut laporan yang dirilis pada Jumat.
Baca juga: Atasi Krisis Energi, Jepang Berencana Hidupkan Kembali PLTN
“Selama musim dingin, tidak akan mengejutkan jika beberapa negara maju di Eropa mulai melihat bentuk kerusuhan sipil yang lebih serius,” kata Soltvedt.
Perang Rusia di Ukraina sejak 24 Februari telah melambungkan kenaikan harga pangan, yang mencapai rekor tertinggi sepanjang masa pada Februari dan pada Maret.
Harga energi juga naik tajam di mana Eropa sangat kewalahan karenanya. Apalagi, Eropa, terutama Jerman, masih bergantung pada gas Rusia.
Baca juga: Jerman Umumkan Langkah Penghematan Energi Besar-besaran untuk Hadapi Musim Dingin
“Dan kami masih memiliki beberapa dampak dari pandemi Covid-19 yang berperan dalam hal ini, dengan gangguan rantai pasokan yang ada,” ucap kepala analis Verisk Maplecroft, Jimena Blanco.
Di sisi lain, kekeringan parah dan level air yang rendah di berbagai belahan dunia akibat perubahan iklim turut mengerek harga pangan dan energi yang sudah melambung.
Dari gerakan damai hingga aksi protes disertai kekerasan, kenaikan harga makanan pokok juga menjelaskan peningkatan ketidakpuasan sosial baik di negara berkembang maupun negara maju.
Baca juga: PLTU Mulai Ditinggalkan, Asia Tenggara Perlu Siapkan Langkah Transisi Energi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.