KOMPAS.com - Sebuah tim penyelidik mengklaim telah membuka kedok mata-mata rahasia dari badan intelijen militer Rusia (GRU), yang menghabiskan satu dekade menyamar sebagai perancang perhiasan Amerika Latin dan berpesta dengan staf NATO yang berbasis di Naples.
Para penyelidik Bellingcat mengatakan wanita itu menggunakan nama Maria Adela Kuhfeldt Rivera.
Kepada orang-orang yang ditemuinya dia mengaku anak dari ayah Jerman dengan ibu Peru, dan lahir di kota Callao, Peru.
Faktanya, dia adalah seorang perwira GRU karir dari Rusia, menurut penelitian oleh Bellingcat dalam kemitraan dengan sejumlah media termasuk La Repubblica di Italia dan Der Spiegel di Jerman, dan dibagikan dengan Guardian sebelum dipublikasikan.
Baca juga: Rusia akan Bangun 2 Reaktor Nuklir di Hongaria
Penempatan “Rivera”, sebagai agen rahasia yang terlatih untuk menyamar sebagai orang asing, adalah ilegal menurut komunitas intelijen.
Badan intelijen Moskwa telah menggunakan cara ilegal tersebut sejak awal periode Soviet. Terkadang, mereka tetap hidup dalam identitas palsu mereka selama beberapa dekade.
Menyamar sebagai "Rivera", mata-mata rahasia Rusia ini bergerakan secara ilegal dari Roma, Malta dan Paris, hingga akhirnya menetap di Naples, rumah Komando Gabungan Sekutu NATO, sekitar tahun 2013.
Dia mendirikan butik perhiasan bernama Serein dan menjalani kehidupan sosial yang aktif.
Kenalannya mengatakan bahwa dengan mengambil peran sebagai sekretaris di Lions Club internasional cabang Napoli, wanita itu dapat berteman dengan banyak staf NATO dan afiliasi lainnya.
Baca juga: Serangan Bom Mobil Kembali Tewaskan Pejabat yang Dipasang Kremlin di Wilayah yang Diduduki Rusia
Seorang karyawan NATO mengatakan kepada penyelidik bahwa dia memiliki hubungan romantis singkat dengan "Rivera", sebagaimana dilansir Guardian.
Secara tradisional, keberadaan mata-mata rahasia ini sangat sulit ditemukan oleh badan kontra intelijen.
Tetapi kini di dunia data biometrik, perangkat lunak pengenalan wajah, dan kemungkinan investigasi sumber terbuka, semakin sulit bagi Rusia menjaga mata-mata ilegalnya di bawah radar.
Christo Grozev, CEO Bellingcat dan penyelidik utama laporan ini, mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa dia pertama kali menemukan jejak kemungkinan GRU ilegal ketika dia melihat database penyeberangan perbatasan yang bocor.
Dokumen itu dicatat oleh penjaga perbatasan Belarus dan disediakan oleh sekelompok peretas yang menentang rezim Alexander Lukashenko, yang juga sekutu Presiden Rusia Vladimir Putin.
Grozev kemudian mencari nomor paspor Rusia, yang diperkirakan diketahui telah digunakan oleh operator GRU, dan menemukan banyak petunjuk.