Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Rusia Bakar Rp 147 Miliar Gas Alam Tiap Hari Saat Harga Bahan Bakar Naik di Banyak Negara?

Kompas.com - 28/08/2022, 17:01 WIB
BBC INDONESIA,
Bernadette Aderi Puspaningrum

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para pakar mengatakan Rusia membakar gas alam dalam jumlah besar setiap hari sejak Juni, saat harga bahan bakar naik di banyak negara.

Dalam analisisnya yang dibagikan kepada BBC, ahli mengatakan pabrik Rusia yang terletak di dekat perbatasan dengan Finlandia, membakar gas senilai sekitar Rp 147 miliar setiap hari.

Para ilmuwan kini khawatir dengan volume besar karbon dioksida dan jelaga yang dihasilkan oleh pembakaran itu, yang dapat mempercepat pencairan es di Arktik.

Baca juga: Harga BBM Naik 50 Persen dalam Seminggu di Bangladesh, Warga: Mungkin Harus Mengemis di Jalan

Analisis oleh Rystad Energy menunjukkan bahwa sekitar 4,34 juta meter kubik gas dibakar setiap hari.

Gas itu berasal dari pabrik gas alam cair (LNG) baru di Portovaya, barat laut St Petersburg, dan awalnya akan diekspor ke Jerman.

Tanda-tanda pertama bahwa ada sesuatu yang salah ditemukan warga Finlandia di perbatasan terdekat, ketika mereka melihat nyala api besar di cakrawala awal musim panas ini.

Portovaya terletak dekat dengan stasiun kompresor di awal pipa Nord Stream 1, yang membawa gas ke Jerman melalui bawah laut.

Pasokan melalui pipa telah dibatasi sejak pertengahan Juli, dengan dalih masalah teknis. Namun Jerman mengatakan itu murni langkah politik setelah invasi Rusia ke Ukraina.

Baca juga: Gazprom Setop Gas Rusia ke Latvia, Ini Alasannya

Praktik membakar gas atau flaring adalah hal biasa di pabrik pengolahan, biasanya dilakukan untuk alasan teknis atau keamanan. Tapi skala pembakaran yang dilakukan Rusia membingungkan para pakar.

"Saya belum pernah melihat pabrik LNG menyala begitu terang," kata Dr Jessica McCarty, seorang ahli data satelit dari Miami University di Ohio sebagaimana dilansir BBC.

"Mulai sekitar Juni, kami melihat puncak yang sangat besar ini, dan itu tidak hilang. Anomali itu masih sangat tinggi."

CEO Capterio Mark Davis yang perusahaannya terlibat untuk menemukan solusi terkait pembakaran gas, mengatakan pembakaran gas biasanya bukan hal yang tidak disengaja. Hal itu kemungkinan besar merupakan keputusan yang dibuat untuk alasan operasional.

"Operator seringkali sangat ragu untuk benar-benar menutup fasilitas karena khawatir akan secara teknis sulit atau mahal saat ingin memulai lagi, dan barangkali itu yang terjadi di sini," katanya kepada BBC News.

Foto ini diambil oleh warga Finlandia bernama Ari Laine pada tanggal 24 Juli pada jarak sekitar 38 kilometer dari fasilitas di Portovaya.

ARI LAINE via BBC INDONESIA Foto ini diambil oleh warga Finlandia bernama Ari Laine pada tanggal 24 Juli pada jarak sekitar 38 kilometer dari fasilitas di Portovaya.

Baca juga: Eropa Optimistis Mampu Hadapi Musim Dingin Tanpa Gas Rusia

Pakar lainnya meyakini bahwa bisa jadi ada tantangan teknis dalam menangani volume besar gas yang selama ini dipasok ke pipa Nord Stream 1.

Perusahaan energi Rusia Gazprom mungkin berniat menggunakan gas itu untuk membuat LNG di pabrik baru, tapi mungkin mengalami masalah dalam menanganinya dan pilihan teraman adalah membakarnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Global
Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Global
Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Global
AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

Global
[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

Global
Putin Berencana Kunjungi China pada Mei 2024

Putin Berencana Kunjungi China pada Mei 2024

Global
Eks PM Malaysia Mahathir Diselidiki Terkait Dugaan Korupsi 2 Anaknya

Eks PM Malaysia Mahathir Diselidiki Terkait Dugaan Korupsi 2 Anaknya

Global
TikTok Mungkin Segera Dilarang di AS, India Sudah Melakukannya 4 Tahun Lalu

TikTok Mungkin Segera Dilarang di AS, India Sudah Melakukannya 4 Tahun Lalu

Global
Suhu Panas Tinggi, Murid-murid di Filipina Kembali Belajar di Rumah

Suhu Panas Tinggi, Murid-murid di Filipina Kembali Belajar di Rumah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com