Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/08/2022, 12:15 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber BBC

DHAKA, KOMPAS.com - Bangladesh, salah satu ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di dunia, telah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) lebih dari 50 persen hanya dalam seminggu, menyalahkan kenaikan harga minyak setelah perang di Ukraina.

Ribuan orang turun ke jalan sebagai protes, ketika krisis keuangan mulai berkembang di negara Asia Selatan lainnya.

Ditemui BBC saat mengantri bensin untuk truk yang digunakannya untuk mengangkut sayuran, Mohammad Nurul Islam mengatakan dia takut bahwa dia akan segera terpaksa mengemis.

Baca juga: Bangladesh Minta China Bantu Pemulangan Kembali Pengungsi Rohingya ke Myanmar

Kenaikan harga bahan bakar yang tidak terduga di Bangladesh telah membuat harga bensin naik dari 86 taka (Rp 13.000) per liter, menjadi 130 taka (Rp 20.000).

Diesel dan minyak tanah juga meningkat sebesar 42,5 persen.

Kenaikan tajam telah membuat Mohammed, yang bekerja untuk sebuah perusahaan transportasi selama sembilan tahun terakhir, berjuang untuk membayar kebutuhan pokok.

Pria berusia 35 tahun, yang tinggal di kota utara Dinajpur, biasa membawa produk segar dari kampung halamannya ke ibu kota, Dhaka.

Dia memiliki dua anak kecil dan orang tuanya untuk dibiayai, tetapi kata dia bosnya tidak mampu membayar gaji penuhnya sekarang karena kenaikan harga bahan bakar telah terjadi.

“Kalau ke pasar, saya tidak bisa membeli makanan yang cukup untuk keluarga saya. Kalau harga BBM terus naik seperti ini, saya tidak bisa mengasuh orang tua atau menyekolahkan anak saya.

"Jika saya kehilangan pekerjaan, saya mungkin harus mulai mengemis di jalanan," katanya kepada BBC dilansir pada Minggu (14/7/2022).

Baca juga: Bangladesh Terancam Krisis, Puluhan Ribu Masjid Diminta Batasi Pengunaan AC

Banyak orang lain di negara berpenduduk lebih dari 168 juta orang ini menghadapi kesulitan serupa.

Seperti banyak negara lain, Bangladesh berada dalam kondisi yang sulit karena kenaikan harga minyak dunia setelah invasi Rusia ke Ukraina.

"Kita tahu kenaikan harga besar, tapi apa yang bisa kita lakukan jika biaya bahan bakar meningkat di luar negeri?" Menteri Energi Bangladesh Nasrul Hamid mengatakan kepada BBC Bangla.

Menolak tuduhan salah urus ekonomi oleh pemerintah, Hamid mengatakan pemerintahannya telah memberikan subsidi untuk menghindari kenaikan di masa lalu, tetapi kenaikan sekarang tidak dapat dihindari.

"Jika harga global turun pada titik tertentu, kami akan mencoba melakukan beberapa penyesuaian," tambahnya.

Halaman:
Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com