NIJMEGEN, KOMPAS.com - Perjalanan panjang melelahkan mereka lewati sejak akhir Juli, dari Indonesia ke Eropa. Dalam hitungan hari, band Voice of Baceprot (VoB) tampil berbagai negara: Republik Ceko, Belanda, Denmark dan Jerman.
Namun tiada keluhan letih ataupun lainnya ketika Deutsche Welle mewawancarai ketiganya di sela jadwal manggungnya di Eropa. Yang ada canda tawa menyelingi perbincangan yang kadang terlalu serius.
Misalnya soal bagaimana mereka semakin intensif mengangkat tema hak-hak perempuan dalam lagu-lagu mereka.
Baca juga: Cerita Band Metal Hijaber Asal Garut, Voice of Baceprot, Manggung di Eropa
"Kami membuat lagu umumnya dari pengalaman sehari-hari. Jadi apa yang kami dengar, apa yang kami lihat, dan apa yang kita alami sendiri,” ujar Firdda Marsya Kurnia, anggota VoB, yang dalam gelaran Colours of Ostrava, di Ceko tampil satu panggung dengan artis papan atas seperti band rock Franz Ferdinand dan The Killers.
Ketika mengangkat isu-isu perempuan tersebut, mereka mengaku juga mendapat inspirasi dari komentar-komentar di media sosial.
"Nah, yang kita sadari dari apa yang kita lihat sehari-hari adalah bahwa ternyata lingkungan kita belum begitu sehat untuk kehidupan perempuan," papar Marsya.
"Karena kita sadar, kalau kita punya musik yang orang bisa di mana pun dia, orang bisa mendengarnya. Dan siapapun dia, bisa dengar itu. Oleh sebab itu kami merasa sayang kalau kita tidak menggunakan suara kita yang bisa didengar banyak orang, untuk menyampaikan pesan yang baik, salah satunya adalah ruang aman untuk perempuan, isu-isu hak perempuan dan sebagainya,” tambah vokalis dan gitaris VoB ini. Mereka tengah dalam jeda tur di Kota Nijmegen, Belanda saat diwawancarai DW.
Lagu andalan mereka (Not) Public Property yang dirilis tahun 2022 juga banyak terinspirasi dari pengalaman pribadi anggota VoB.
Pengalaman pribadi yang dirasakan Euis Siti Aisyah terutama di ranah media sosial, ”Banyak yang mengatur-atur ke aku pribadi, seperti misalnya: Sitti, tubuh kamu lebih cocok pakai baju begini deh, jangan yang terlalu begini deh! Padahal aku pakai baju apa yang aku suka. Tubuh aku di antara bertiga memang yang paling berisi. Nah, jadi banyak beberapa orang yang menyarankan, Sitti, kamu jangan terlalu pakai baju yang terlalu ketat deh! Yang seperti itu," demikian diungkapkan Sitti, penggebuk drum VoB.
Baca juga: WNI Asal Cimahi Kuliah di MIT, Rancang Panel Surya Versi Baru untuk Indonesia
Marsya menambahkan banyak orang yang sering bahkan mengatur soal berat badan mereka.
"Kami juga disuruh menaikan berat badan, menurunkan berat badan. Padahal kami nyaman dengan tubuh kami saat ini. Yang penting bagi kami adalah sehat dan nyaman."
Tidak sedikit pula yang mengatakan sebagai artis internasional, mereka harus lebih memperhatikan bentuk tubuh.
"Padahal, tubuh kita, ya punya kita. Cuma kita yang punya hak untuk memperlakukan seperti apapun tubuh kita,” ujar Marsya. Pada awal mendirikan Voice of Baceprot, ketiga personel VoB masih berusia 14 tahun di tahun 2014.
Sementara itu pemain bass VoB, Widi Rahmawati curhat bagaimana orang-orang sering memperhatikan gerak-geriknya di atas panggung dan mencoba mengatur bagaimana seharusnya ia bergerak.
"Misalnya saat saya menginjak-injak sistem audio. Satu kaki naik ke atas sistem kontrol audio itu, lalu ada yang komentar: Widi, kamu jangan menaikkan kaki ke alat sistem kontrol itu, dong! Itu jadi seperti mengangkang. Begitu kata mereka,” demikian dikisahkan Widi.